29. Om Komandan

2.9K 293 105
                                    

📚 Alya

"Ibun."

Astaga.

Panggilan ini.

Yang meski bukan pertama kali aku mendengarnya, tapi karena Arshilla yang melakukannya, panggilan jni masih saja akan terus jadi kejutan yang begitu istimewa. Juga panggilan teramat manis yang akan membuatku jadi bisa sangat bahagia.

"Iya, sayang. Kenapa? Hm?"

Menundukan diriku, kini aku sudah berlutut untuk mensejajarkan pandanganku dengan Arshilla yang sudah memeluk erat bagian leherku.

"Nanti, Shilla ikut pulang sama Ibun ya?"

"Shilla mau ikut pulang sama Ibun?"

"Iya." Jawab Arshilla semangat sekali dengan anggukan kepalanya. "Soalnya Shilla mau ke rumah Kakung sama Uti. Jadi Shilla pengin pulang sama Ibun aja. Boleh nggak Shilla ikut?"

"Boleh dong."

"Asik!"

Aku jadi tertawa. Gemas sekali dengan lonjakan teramat bahagia, juga seruan penuh suka cita dari Arshilla.

"Shilla udah kangen banget ya sama Kakung dan Uti?"

"Iya, Bun. Shilla udah kangen banget. Soalnya kemarin, Uti cerita, kalau katanya, hari ini, Uti mau buat bolu kukus. Jadi Shilla mau coba juga."

"Iya. Tadi pagi, Uti cerita sama Ibun, katanya, Uti mau buat bolu kukusnya warna-warni. Ada warna pink. Warna coklat. Warna ungu. Sama warna hijau juga. Tapi kalau buat Kakung sama Om Agam, Uti buat bolu kukus yang karamel."

"Bolu kukus karamel?"

"Iya. Yang warnanya coklat semua."

"Mau! Shilla mau juga, Ibun!"

"Iya, sayang. Nanti, Shilla main ke rumah Kakung sama Uti ya. Mas Arkan juga mau ikut ke sana."

"Oh ya?"

"Iya. Nanti, Mas Arkan juga pulang sama Ibun. Soalnya mau nginep di rumah Kakung sama Uti."

"Shilla mau nginep juga."

"Shilla mau tidur di rumah Kakung sama Uti?"

"Iya. Mau. Biar Shilla bisa bobo bareng sama Ibun."

Memperdengarkan kekehanku, aku sungguhan gemas sekali karena Arshilla yang sudah bergelayut manja dalam pelukanku.

"Shilla boleh nginep. Tapi Shilla izin sama Papa dulu ya. Kalau Papa bilang boleh, Shilla boleh nginep. Nanti Shilla tidur sama Ibun. Tapi kalau Papa bilang jangan, berarti nanti, Ibun antar pulang. Atau tunggu Papa yang jemput. Oke, princess?"

"Iya, Ibun!"

Mendengar seruan penuh semangat dari Arshilla, akhirnya aku meraih ponselku untuk menghubungi Mas Diaz yang sedang libur bekerja.

"Telepon Papa dulu ya."

"Iya, Ibun. Nanti Shilla atau Ibun yang izin sama Papa?"

"Shilla dong."

"Oke."

Yang setelah mendapat anggukan kepala dari si cantik Arshilla, ternyata, panggilan teleponku juga sudah diterima.

"Assalamu'alaikum. Halo, sayang."

Aku langsung terkekeh dengan begitu geli. Sebab suara panggilan dari Mas Diaz yang sudah langsung percaya diri sekali.

"Papa panggil sayang sama siapa? Buat Ibun atau buat Shilla?"

Dan di seberang sana, Mas Diaz terdengar sangat jelas sedang tertawa.

Jatuh Cinta Di Udara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang