✈ Ardiaz
"Diaz."
"Iya, Ma."
"Kenapa langsung berangkat sekarang? Nggak mau nunggu Shilla pulang dulu?"
"Kalau nunggu nanti, aku pasti jadi nggak tega buat berangkat kalau lihat Shilla nangis, Ma."
Mama lekas memberikan anggukan kepalanya. "Kamu bener banget. Meski bukan pertama kali, tapi tiap kamu harus terbang, Shilla pasti akan nangis kejer banget."
"Iya, Ma. Jadi aku pamit berangkat sekarang ya."
Membalas pelukanku, Mama langsung memberikan usapan lembutnya di balik punggungku.
"Hati-hati ya. Semoga semua perjalanannya lancar. Hati-hati di udara. Berdoa terus. Ya? Di sini, Papa dan Mama, juga Shilla, pasti selalu kasih doa terbaik untuk penjagaan kamu, di mana saja kamu sedang berada."
"Aamiin. Salam buat Papa. Dan titip Shilla ya, Ma."
"Iya, sayang. Pasti. Kita akan selalu saling jaga ya. Kamu juga. Harus sehat terus. Biar nanti waktu pulang, kita bisa happy sama-sama."
Menganggukan kepalaku, aku seperti sedang meresapi setiap bentuk kehangatan dan restu yang senantiasa Mama curahkan untukku.
"Tunggu Diaz pulang ya, Ma."
"Selalu. Papa dan Mama, juga Shilla, pasti akan selalu menunggu kepulangan Captain Ardiaz dari semua tugas terbangnya."
Mengembangkan senyum bahagiaku, Mama semakin kutarik untuk masuk ke dalam pelukanku.
Karena ya, aku juga ingin kembali dengan sangat segera.
Aku pasti pulang. Sebab aku jelas ingin selalu bisa berkumpul kembali dengan orang-orang terkasih yang amat sangat kusayang.
*****
📚 Alya
"Duh. Anak cantiknya Bapak Ibu udah mau berangkat kerja lagi nih. Gawat benget karena Ibu harus nahan banyak kangen habis ini."
Terkekeh dengan begitu bahagia, pelukan hangat segera tercipta di antara aku dan Ibuku tercinta.
"Adek pergi mau kerja, Bu. Bukan mau main atau macem-macem kok. Jadi doakan Adek ya, Bu. Nanti, kalau jadwalnya udah libur, Adek pasti pulang."
"Iya. Kalau Adek lagi nggak bisa pulang, nanti Bapak dan Ibu yang mau susulin ke sana."
"Adek aja yang pulang. Bapak dan Ibu tunggu aja di rumah. Nggak usah jauh-jauh sampai susulin Adek ke sana. Ya, Bu?"
Ibu makin mengeratkan pelukannya padaku. "Sehat terus ya, Dek. Jangan sampai lupa makan. Vitaminnya juga harus rajin diminum, biar Adek kuat. Walau di sana sibuk banget, tapi harus disempatkan untuk istirahat ya. Ibadahnya harus selalu dijaga. Ya, sayang? Karena kalau Bapak, Ibu, dan para Mamas lagi nggak sama Adek, ada Allah yang akan selalu jaga Adek. Jadi jangan lupa berdoa. Biar Allah selalu sayang dan jaga Adek di mana saja Adek sedang berada. Dijauhkan dari semua mara bahaya. Dan dimudahkan untuk semua urusannya. Ya, Dek?"
Anggukan kepala segera kuberikan untuk Ibu.
"Iya, Bu. InsyaAllah, Adek nggak akan pernah lupa dengan semua nasihat baik dari Bapak, Ibu, dan para Mamas."
"Adek nggak mau nunggu Bapak atau Mas Andri dulu? Biar nanti diantar ke bandara."
Aku menggelengkan kepalaku, setelah bertemu tatap dengan Ibu.
"Adek berangkat sekarang aja, Bu. Adek juga udah pesan taksi kok."
"Hati-hati ya. Nanti, Ibu mau foto plat nomor mobilnya dulu. Biar Adek lebih aman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Cinta Di Udara ✔
RomanceJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** [COMPLETED] Memang benar ya, jatuh cinta itu bi...