12. Pertemuan & Keterkejutan

3K 349 54
                                    

✈ Ardiaz

Meminum jus jambu yang ada di dalam genggaman tanganku, mataku justru jadi langsung terpaku, sebab melihat unggahan story sosial media milik Alya yang kini muncul di beranda utamaku.

Membukanya, kedua mataku seketika jadi membola dengan begitu sempurna. Karena ternyata, saat ini aku dan Alya sedang berada di tempat yang sama.

Bandara Rahadi Oesman

"Alya lagi ada di Ketapang? Kok bisa? Atau dia habis ada acara di sini?" gumamku sambil bangkit berdiri.

Tapi belum sempat menuliskan komentar di unggahan story milik Alya, ternyata langkah kakiku sudah dicegat oleh Tia.

"Ardi."

"Ya. Kenapa, Ti?"

"Sebelum flight, makan siang sama-sama yuk."

"Oh. Sorry, Ti. Aku nggak bisa."

"Kenapa nggak bisa? Jangan alasan lagi karena ada Shilla."

"Memang bukan karena Shilla. Karena Shilla jelas lagi ada di rumah sama Mama."

"Terus? Kenapa kamu nggak mau makan siang sama aku?"

"Soalnya sekarang, aku mau ketemu sama seseorang."

"Siapa? Kamu mau ketemu sama siapa, Ar?"

Tak menghiraukan rentetan pertanyaan dari Tia, langkah kakiku segera berjalan dengan sangat cepat supaya tak sampai tertinggal jejak keberadaan Alya.

Sebab unggahan story milik Alya sudah dari 30 menit yang lalu. Maka semoga kini aku masih bisa mendapatkan waktu untuk bertemu.

Berhenti di dekat terminal keberangkatan, pandangan mataku sedang mengitar untuk mencari keberadaan Alya yang sudah sangat kurindukan.

"Kamu lagi cari siapa si, Ar? Kenapa buru-buru banget kaya gini?"

Oh tidak.

Kenapa Tia harus mengikutiku sampai ke mari?

"Ardi. Jawab aku dong. Kamu mau ketemu sama siapa sebenarnya? Kenapa cepet banget jalannya? Kaya mau ketemu sama orang penting aja."

"Tapi ini memang penting banget buat aku."

"Memang siapa orangnya? Kamu mau ketemu sama siapa, Ardi?"

Dan ya, itu dia. Akhirnya, aku berhasil menemukan keberadaan Alya.

"Alya!"

Dan saat melihat Alya sudah mengalihkan pandangannya, lalu bertemu tatap denganku yang kini sedang menyerukan nama sekaligus melambaikan tanganku pada Alya, rasanya, semesta sungguhan sedang sangat berbaik hati karena telah mempertemukan aku dengan seorang gadis yang sudah sangat ingin kulihat wajah manisnya.

"Mas Diaz, kok bisa ada di sini?"

"Harusnya aku yang tanya, kenapa kamu bisa ada di sini? Kamu ada acara di Ketapang?"

"Iya, Mas. Aku habis cek sekolah yang ada di sini."

"Wah. Sekolah kamu ada di sini juga?"

"Iya, Mas."

"Ada berapa?"

"Satu. Bismillah, yang kedua, sedang proses pembangunan."

"Lancar dan sukses terus ya."

"Aamiin. Mas Diaz juga ya."

"Tunggu, dari tadi, kamu panggil Diaz?!" interupsi seseorang yang membuatku baru sadar bahwa ternyata Tia masih saja mengikuti sejak tadi.

Jatuh Cinta Di Udara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang