✈ Ardiaz
Sejak tadi aku masih tetap begitu setia duduk tenang di atas karpet bulu, dengan obrolan dua bocah lucu di hadapanku.
"Shilla."
"Iya, Mas Arkan."
"Ganti dong ya. Jangan nonton film Barbie terus. Kepalanya Mas Arkan beneran bisa pusing kalau terus-terusan. Matanya Mas Arkan juga bisa jadi kunang-kunang karena terlalu lama nonton boneka."
"Tapi ini bagus, Mas Arkan."
"Tapi Mas Arkan bingung, Shilla. Nggak paham."
"Ya makanya, coba, Mas Arkan nonton dulu. Nanti, lama-lama, pasti Mas Arkan bisa ngerti. Jadi hafal juga kaya Shilla."
Aku jadi menahan suara tawaku.
Gemas sekali dengan helaan napas super berat yang sedang Arkan keluarkan. Karena keponakan tampanku pasti sudah mulai lelah dengan tontonan Barbie yang tak henti-hentinya Arshilla tunjukan.
Lucu sekali.
"Nggak, Shilla. Mas Arkan tetap nggak bisa ngerti. Mukanya kaya sama semua."
"Ya beda dong, Mas. Mukanya nggak ada yang mirip."
"Sama dong, Shilla."
"Coba. Sekarang, Shilla mau kasih tes sama Mas Arkan, biar Mas Arkan bisa makin hafal sama boneka Barbie."
Astaga.
Putri kecilku juga ada-ada saja. Soal tontonan film Barbie membuat Arkan seperti harus melewati ujian kenaikan sekolahnya.
"Kenapa harus dites? Mas Arkan belum mau naik kelas. Ini masih hari Minggu, Shilla. Jadi lagi libur sekolah. Belum mau ulangan semester juga, Shilla."
Dan jawaban Arkan cerdiknya memang selalu luar biasa.
"Ini memang bukan ujian, Mas. Tapi latihan. Biar Mas Arkan makin jago nonton Barbie sama Shilla."
Tapi putri kecilku ternyata tangguhnya juga tak terkira.
"Ya udah. Oke. Shilla mau tanya apa? Jangan aneh-aneh ya. Biar Mas Arkan nggak jadi pusing."
Maka tentu saja, Arshilla yang diterima tantangannya, jelas langsung tersenyum dengan begitu ceria.
Gemas sekali.
"Coba, sekarang, Mas Arkan tebak. Yang ini, namanya siapa?"
Pandangan lekat milikku lekas kuarahkan pada Arkan. Yang kentara sekali sedang memutar otaknya supaya Arkan bisa menjawab pertanyaan yang Arshilla ajukan.
"Erika."
Kukira benar.
Karena Arkan menjawabnya dengan nama yang sangat masuk akal.
Karena sejak tadi nama tersebut juga telah berulang kali kudengar.
Tapi ternyata salah.
"Bukan, Mas. Ini, namanya, Putri Anneliese."
"Tapi dari tadi, dia dipanggilnya Erika."
"Iya, Mas. Tapi ini, yang pakai baju pink, namanya Putri Anneliese. Kalau Erika, yang pakai baju biru."
"Tapi mukanya sama, Shilla."
"Iya. Memang. Di sini, ceritanya, mukanya memang mirip. Makanya Erika bisa diminta sama Julian buat menyamar jadi Putri Anneliese. Tapi mereka beda orang, Mas."
"Tetap aja mukanya sama, Shilla. Makanya Mas Arkan jadi bingung."
"Ya tapi beda, Mas. Jangan disamain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Cinta Di Udara ✔
RomanceJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** [COMPLETED] Memang benar ya, jatuh cinta itu bi...