31. Lamaran Pernikahan

2.8K 273 78
                                    

✈ Ardiaz

"Alhamdulillah. Tambah resmi lagi ya hari ini."

"Alhamdulillah. Papa dan Mama punya putri cantik sekali."

"Kenapa ditambah lagi, Mas, Mba? Kemarin, kita sudah menggelar acara lamaran. Jadi kenapa sekarang ada pengikat lagi untuk Alya?"

"Yang kemarin, itu pengikat dari Diaz, Mba. Karena semuanya dari Diaz. Dan Diaz yang menyiapkan. Walau saat ini tempatnya juga hadiah dari Diaz untuk Alya, tapi Papa sama Mama juga mau dong beri bukti pengikat lagi Alya sebagai putrinya Papa Mama."

"Alhamdulillah. Adek tambah banyak ya yang sayang."

"Iya dong, Mas, Mba. Putrinya cantik dan sholihah sekali seperti Alya. Jadi ya jelas gampang banget buat bikin orang jatuh cinta."

"Aduh. Yang dipuji langsung nangis nih kayaknya. Deres banget."

Semua orang langsung tertawa. Saat mendengar celetukan kalimat dari Mas Andri yang kentara sekali sedang ingin menggoda Alya yang sejak tadi memang sudah mengeluarkan air matanya.

"Udah mau nikah, masa masih gampang banget cengeng si, Dek?"

Giliran Mas Agam yang melontarkan kalimat godaannya. Yang membuat tangis Alya makin deras saja keluarnya.

"Iya, Dek. Agam yang ditinggal Adek nikah aja nggak nangis. Masa Adek yang udah dikasih jodoh duluan sama Allah, malah jadi gampang banget nangis? Strong dong, Adek."

"Mamas."

"Apa?"

"Kalau niatnya mau menenangkan orang, ya ngomongnya yang baik juga dong. Bukan malah mancing perkara kaya mau ngajak ribut kaya gitu."

Gelak tawa makin tak terelakan. Gemas sekali dengan perdebatan kecil kedua Mamas tampan yang paling Alya sayang.

"Udah. Ini, para Mamas, kaya nggak rela banget kalau Adek udah mau ada yang punya." Ternyata, Ibu juga tak mau kalah dengan kedua putra hebatnya. Sehingga saat ini godaan juga kembali diberikan untuk Alya.

"Ya gimana, Bu? Soalnya, buat Mamas, Adek masih kaya bayi si." Tanggapan begitu menggemaskan dari Mas Andri.

"Iya, Bu. Gimana Mamas jadi nggak gemes, orang sekarang udah langsung punya anak, tapi Adek kaya masih nggak mau kalah lucu sama Shilla?" Mas Agam yang kini sudah hangat sekali semakin mengeratkan pelukannya pada Arshilla, putriku tercinta, yang sejak tadi memang duduk tenang sekali di atas pangkuannya.

"Om Agam."

"Iya, Shilla. Kenapa?"

"Menurut Om Agam, Shilla lucu?"

"Lucu dong. Kaya Ibun. Sama Mas Arkan juga. Pokoknya, keponakannya Om Agam si pasti lucu-lucu semua."

Arshilla yang dipuji, jelas langsung heboh sekali. "Om Agam juga lucu. Ganteng banget juga. Apalagi kalau Om Agam lagi pakai seragam loreng-loreng."

"Emang kenapa kalau Om Agam lagi pakai seragam loreng-loreng?"

"Soalnya Om Agam makin ganteng kaya Kapten Amerika!"

Seruan teramat ceria dari Arshilla, jelas kembali mengundang tawa.

"Duh. Ini Shilla beneran kaya duplikatnya Adek versi kecilnya. Adeknya udah mau punya suami. Agam dapat lagi bocil lucu kaya Arshilla."

Godaan dari Mas Andri justru membuat Arshilla semakin berani untuk mendekatkan duduknya pada Mas Agam.

"Iya dong, Pakdhe. Shilla kan sayang banget sama Om Agam. Sama Om Ganteng!"

"Aduh. Agam sering banget dipanggil ganteng sama Shilla, tembakannya pasti bakal langsung bisa aman nih. Nggak bakal gampang ditodong lagi sama Diaz."

"Oh ya jelas nggak dong, Mas. Tetap bakal bisa kutembak langsung kalau Diaz sampai berani macam-macam sama Adek."

Jatuh Cinta Di Udara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang