46. Yang Istimewa, Dari Alya

2.3K 240 33
                                    

📚 Alya

Kurasakan sesuatu yang kenyal sedang menyentuh pipiku. Berada dekat sekali bahkan menempel di wajahku. Jadi aku jelas langsung menyadarkan diriku.

Baru membuka mata, senyum bahagiaku langsung tercipta. Saat yang tercinta sudah menyambutku dengan kecupan dan senyum penuh kasihnya.

"Halo, sayang."

"Mas Diaz."

"Iya, sayang. Ini, Mas. Maaf ya. Mas jadi ganggu tidur kamu ya?"

Segera menyusupkan diriku di pelukan suamiku tercinta, kepulangan Mas Diaz sungguhan membuatku jadi merasa sangat bahagia.

"Nggak papa, Mas. Aku happy. Banget. Jadi, terimakasih ya, Mas. Terimakasih karena sudah menepati janjinya."

Semakin mengeratkan pelukan hangatnya untukku, kecupan manis dari Mas Diaz kembali mendarat di setiap bagian wajahku.

"Sama-sama, sayang. Benar, kan? Sebelum kamu bangun pagi, Mas udah sampai di rumah."

Aku segera menganggukan kepalaku. Dan semakin melingkarkan satu lenganku untuk membalas pelukan penuh hangat yang sedang Mas Diaz berikan untukku.

"Iya, Mas. Jadi, terimakasih, suami baik. Kepulangannya buat istrinya jadi super happy."

"Alhamdulillah. Obat kangen buat Mas juga langsung manjur banget nih."

Terkekeh terlebih dahulu. Kini aku langsung memejamkan kedua mataku, saat wajah tampan Mas Diaz sudah mengajak bilah bibirku dalam sebuah ciuman yang akan selalu jadi kesayanganku.

Karena ini dari Mas Diaz.

Maka ciumannya sungguhan akan selalu manis sekali.

Dan aku sangat suka.

Mengusap sudut bibirku, satu kecupan tambahan dari Mas Diaz membuatku jadi lekas membuka kedua mataku.

"Makin jago ya."

Mas Diaz menunjukan senyumannya, dan langsung menarik wajahku untuk kembali nyaman dalam pelukannya. "Iya dong. Harus makin jago. Biar kamu kangen terus sama ciumannya Mas."

"Selalu."

Aduh.

Aku jadi malu.

Apalagi saat kedua lengan Mas Diaz kini sudah merambat naik di sekitar pahaku. Maka sepertinya Mas Diaz sudah menyadari baju seperti apa yang kini sudah melekat di tubuhku.

"Wah. Baru pulang, Mas udah mau langsung dikasih hadiah nih."

Aku makin menyembunyikan wajah salah tingkahku di pelukan Mas Diaz. "Tadi, katanya, Mas mau buka puasa. Jadi aku langsung siap-siap."

Astaga.

Mas Diaz memang begitu luar biasa. Di mana setiap sentuhan Mas Diaz selalu sangat berhasil untuk mengantarkan getaran hebat yang membuatku jadi langsung terpana. Yang meski ini memang bukan pertama kalinya, tapi bersama Mas Diaz benar-benar selalu jadi hal paling menyenangkan yang akan membuatku terus-menerus merindukannya.

"Memangnya, kalau Mas beneran mau sekarang, kamu nggak papa?"

Oh tidak.

Kenapa harus bertanya?

Lakukan saja.

Ingin sekali aku langsung berkata seperti itu. Tapi ternyata aku malah semakin menyembunyikan rona wajahku. Dan hanya anggukan kepala yang kuberikan untuk suamiku. Untuk Mas Diaz yang kini sudah menggencarkan ciuman sensualnya di sepanjang garis leherku.

Jatuh Cinta Di Udara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang