36. Undangan

1.9K 241 63
                                    

✈ Ardiaz

Menghentikan laju mobilku, pandanganku jelas langsung terpusat pada seorang gadis manis yang baru saja bepergian bersamaku.

"Terimakasih ya, sayang."

Kekehan renyah segera menghangatkan hatiku.

Yang awalnya memang sudah sangat bahagia, kini jadi makin senang sekali karena aku mendapatkan senyum juga tatapan penuh ketulusan dari Alya.

"Harusnya aku yang bilang terimakasih sama Mas."

"Ya udah. Berarti gantian."

"Gantian gimana?"

"Ya iya. Gantian. Jadi pilih, mau siapa yang bilang terimakasih? Mas dulu? Atau mau kamu?"

Alya makin menunjukan ekspresi cerah yang membuatku jadi sangat jatuh cinta. "Kenapa mesti kaya gitu si?"

"Biar adil, sayang."

"Ya udah. Mas aja. Silakan lanjutkan mau ngomong apa sama aku."

Melepas sabuk pengaman yang sejak tadi telah melingkupi tubuhku, aku segera memutar posisi dudukku agar Alya benar-benar mau untuk menatapku.

"Terimakasih ya, sayang. Terimakasih, karena hari ini, kamu mau merelakan waktu sibuk kamu untuk ikut Mas. Terimakasih, karena hari ini, kamu mau ada di sisi Mas. Terimakasih, karena hari ini, kamu mau Mas kenalkan dengan banyak orang sebagai calon istri Mas. Kamu tahu? Tadi, setiap kali kita datang untuk bertamu, dan Mas bilang kalau kamu adalah calon istri Mas, terus kamu setuju soal itu, rasanya, kaya sendirinya Mas selama ini sedang Allah beri hadiah yang sangat besar. Kaya yang, Mas mau cepet nikah aja. Biar nggak bilang calon lagi, tapi udah resmi jadi istri."

Selain senyuman, kini Alya juga memberikan anggukan. "Sama-sama, Mas. Terimakasih juga ya. Terimakasih, karena selama ini, Mas Diaz sudah selalu bisa jaga aku. Terimakasih, karena hari ini, Mas Diaz udah bawa aku ke banyak sekali tempat untuk ketemu sama orang-orang yang kenal sama Mas. Terimakasih, karena waktu pergi untuk hari ini, Mas udah buat aku jadi merasa seperti seseorang yang sangat spesial. Hal baru yang buat aku jadi terkejut, tapi juga happy banget di waktu yang sangat sama."

"Sama-sama, sayang. Karena kamu memang sangat spesial. Buat Mas, Alya akan selalu jadi yang istimewa. Dan bukan cuma baru sekarang. Tapi sebelum ketemu sama Mas, kamu juga udah selalu jadi yang sangat spesial. Apalagi kalau lagi sama Bapak, Ibu, juga para Mamas."

Alya kembali memperdengarkan kekehan renyahnya. "Tapi, Mas ..."

"Kenapa, sayang? Hm? Mau tanya apa?"

"Mas beneran belum pernah dekat dengan siapa pun setelah bersama Mba Nayla?"

"Ini. Mas lagi dekat sama kamu."

Si manis langsung cemberut. "Yang bener dong, Mas. Aku lagi nanya serius banget nih."

Maka kini giliranku yang jadi sangat ingin untuk tertawa. "Mas juga serius, sayang. Selama ini, Mas udah berulang kali bilang sama kamu, kalau setelah Nayla tiada, Mas beneran nggak pernah menjalin suatu hubungan dengan seorang perempuan. Karena fokusnya Mas saat itu, ya Mas curahkan untuk Shilla juga Papa dan Mama. Baru setelah Mas ketemu sama kamu, Mas jadi bisa kembali jatuh cinta. Jadi, apa selama ini kamu belum bisa percaya sama Mas? Hm? Masih mau bilang kalau Mas golongan buaya? Iya? Kalau iya, kamu beneran tega banget sama Mas."

Alya jadi terkekeh dengan begitu geli karena bentuk rengekan dariku. "Bukan nggak percaya, Mas."

"Tapi ragu. Iya?"

"Ya kan jaga-jaga."

Aku semakin menunjukan ekspresi merajuk sebagai bentuk protes dariku. Yang itu langsung berhasil untuk membuat Alya jadi tertawa dan segera melanjutkan penjelasannya padaku.

Jatuh Cinta Di Udara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang