38. Keyakinan

1.9K 248 69
                                    

✈ Ardiaz

Menghentikan laju mobilku, wajah senduku langsung kujatuhkan di atas kemudiku. Apalagi saat pikiran kalutku seperti sedang memutar kembali segala kalimat tuduhan yang sangat berhasil untuk mengganggu perasaanku.

"Jelaskan padaku kenapa seorang gadis seperti kamu sampai rela menerima lamaran dari seorang duda?"

"Kamu putri satu-satunya seorang Jenderal, Alya. Jadi apa kamu nggak malu menerima pinangan dari seorang duda?"

"Background keluarga kamu jelas sangat luar biasa. Lalu kenapa calon suamimu adalah seorang duda?"

"Apa kamu tak khawatir jika status yang calon suamimu punya akan meredupkan kehidupan kamu yang sudah sangat gemilang?"

"Apa kamu tak takut jika menikah dengan seorang duda, kehidupan kamu yang selama ini sudah sangat istimewa, akan berubah jadi sengsara?"

Bahkan semua pertanyaan teramat menyakitkan itu sungguhan pernah menjadi ketakutanku.

Tapi kenapa saat orang lain yang mengatakannya, hatiku jadi bergetar dengan begitu hebat karenanya?

Di mana keyakinan besar yang selama ini selalu kupegang teguh di dalam diriku?

Kenapa kini seperti sedang terombang-ambing karena kekhawatiranku?

Ya. Tadi aku mendengar semua perdebatan panjang yang terjadi di antara Alya, calon istriku tercinta, bersama seorang laki-laki yang kutahu bernama Adhiyatama.

Awalnya aku memutuskan untuk mengawasi mereka, karena aku ingin melindungi Alya. Apalagi saat kedua mataku disuguhkan banyaknya kerusakan serta hingar-bingar yang aku yakin dilakukan oleh Adhiyatama karena bentuk pelampiasan amarahnya.

Aku teguh sekali mendengar semua tuntutan dari Adhiyatama. Dan begitu bangga mendengar jawaban tegas serta teramat yakin dari Alya.

Tapi ketika pendengaranku menangkap adanya kata duda. Entah kenapa, langkah kakiku justru langsung menjauh dari Alya dan Adhiyatama. Apalagi ketika aku melihat dengan sangat jelas bagaimana kilatan begitu tajam yang Adhiyatama tunjukan ketika sedang meremehkan aku yang katanya tak pantas menjadi calon suami untuk Alya. Maka rasanya, saat itu juga, seperti ada beban begitu berat yang menimpaku dengan sangat tiba-tiba.

Hal teramat menyakitkan, yang membuatku jadi kembali sadar akan kenyataan, bahwa status duda yang kupunya memang pasti akan bisa jadi bahan ledekan. Yang membuatku jadi langsung menyingkir tanpa berani lagi mendengarkan perdebatan Alya dan Adhiyatama sampai selesai pada pokok pembahasan.

Aku mungkin memang sedang terlalu pengecut. Tapi aku sungguhan jadi sangat takut.

Mungkin aku memang terlalu cepat mengambil kesimpulan. Tapi aku sungguhan sedang sangat takut jika seperti itu rasa kecewa yang sedang Alya rasakan. Aku sungguhan cemas jika statusku memang membuat semua hal menakjubkan yang Alya punya jadi hancur berantakan.

Aku takut membuat Alya jadi merasa kehilangan semua hal istimewa yang ia punya.

Sungguh.

Jadi apa yang harus kulakukan?

Aku mencintai Alya.

Sangat.

Tapi apa aku tega merusak semua kehidupan istimewa yang sudah selalu bisa Alya punya?

Apa benar jika seorang duda sepertiku bisa membuat kehidupan nyaman Alya jadi sengsara?

Kenapa kalimat menusuk dari Adhiyatama sungguhan jadi sangat bisa untuk menggugah kembali ketakutan besar yang sebelumnya bisa kuhancurkan ketika aku menggencarkan semua kerja keras serta usaha gigihku agar bisa mendapatkan Alya?

Jatuh Cinta Di Udara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang