47. Sensitif

2.3K 265 34
                                    

📚 Alya

"Papa minggir."

Aku terus saja menahan tawaku. Gemas sekali dengan sifat posesif Arshilla yang jadi sengit sekali kalau Mas Diaz terus saja menempel padaku.

"Tapi Papa mau dekat-dekat Ibun juga, sayang."

"Nggak boleh."

"Kenapa nggak boleh?"

"Nanti sempit. Soalnya badan Papa besar. Tinggi. Kekar. Berat."

Astaga.

Arshilla, ketika sedang menunjukan sifat posesif dan ketatnya, sungguhan jadi suka sekali adu kekuatan bersama Papa Tampannya.

Sebab di antara Mas Diaz dan Arshilla, sungguhan tak ada yang mau mudah mengalah dengan keinginan mereka.

"Ya nggak dong. Nggak bakal sempit, sayang. Tuh. Kasurnya besar. Masih lebar, Shilla. Muat buat Ibun, Papa, Mba Shilla, sama Adek Bayi juga. Bareng-bareng."

"Tapi Papa tetep minggir. Nggak boleh peluk-peluk Ibun terus."

"Tapi Papa mau peluk-peluk Ibun."

"Jangan, Papa."

"Shilla juga peluk Ibun terus dari tadi. Jadi kenapa Papa nggak boleh?"

"Shilla kan masih kecil, Papa. Nggak berat. Kalau Papa, udah besar. Tinggi banget, lebih tinggi dari Ibun. Jadi Papa nggak boleh peluk-peluk Ibun terus. Nanti sempit. Berat. Sesak napas."

"Ibun juga nggak protes sama Papa. Tapi kenapa sama Shilla nggak boleh?"

"Soalnya kata Adek Bayi, berat. Katanya, Papa buat Adek Bayi jadi sesak di dalam. Nggak bisa renang-renang di perutnya Ibun, soalnya Papa berat banget."

Suara tawa menggelegar segera mengudara.

Pelakunya, jelas Mas Diaz yang kini sudah gemas sekali memeluk dan menciumi wajah cantik Arshilla.

"Sekarang, kenapa Shilla jadi bisa pelit banget si sama Papa? Hm? Masa Papa mau manja-manja sama Ibun nggak boleh?"

Arshilla terkikik geli karena kecupan bertubi-tubi dari Mas Diaz. "Soalnya Shilla sayang banget sama Ibun."

"Papa juga sayang banget sama Ibun."

"Shilla lebih banyak sayangnya buat Ibun."

"Sayang dari Papa buat Ibun, lebih dari banyak jumlahnya."

"Tapi Ibun kesayangan Shilla."

"Ibun juga kecintaannya Papa."

Paham betul kalau 2 kesayanganku ini akan terus berdebat untuk bisa memenangkan diri. Jadi aku yang harus terlebih dahulu menenangkan mereka supaya semua perdebatan ini bisa segera berhenti.

"Udah. Semuanya sayang Ibun. Soalnya Ibun juga sayang banget sama Papa dan Mba Shilla. Adek Bayi juga."

Berhasil.

Mas Diaz dah Arshilla akhirnya tenang.

Walau Arshilla masih saja terkekeh sambil menyingkirkan lengan kekar Mas Diaz yang ingin terus memelukku.

Ya memang begini keseharian yang terus kualami.

Kehamilanku semakin besar dan perhatian yang kuterima jadi lebih istimewa. Terutama, dari Mas Diaz dan Arshilla. Karena keduanya seperti selalu ingin berlomba menunjukan kasih sayang besar yang mereka punya.

Gemas sekali.

"Shilla. Papa mau peluk Ibun juga."

Mas Diaz telah mengeluarkan rengekannya. Yang membuat tawa Arshilla jadi langsung mengudara.

Jatuh Cinta Di Udara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang