Geo mengecup pipi chubby Navaila. Gadis kecil itu tertidur di pangkuan nya. Mata tajam nya menatap jam tangan nya yang sudah menunjukkan pukul 8 malam. Orang tua gadis kecil nya pasti khawatir.
Geo memakai kan kembali pakaian dalam serta seragam Navaila lalu membalut tubuh mungil gadis itu dengan jaket kulit hitam nya.
Ia menepuk pelan pipi chubby dengan rona rona kemerahan alami itu. Perlahan Navaila terbangun dan melenguh pelan.
"Kita pulang ya. " ajak Geo.
Navaila mengangguk takut. Mengingat kejadian tadi sore membuat nya takut dengan pemuda brengsek yang sayang nya sangat tampan itu.
Geo menggendong Navaila ala koala. Ia masuk ke dalam mobil nya yang baru saja diantar bawahan ayah nya. Ia menyetir dengan tenang sesekali mengelus punggung kecil Navaila yang bergetar. Ia tahu, ia tahu jika gadis kecil nya tengah menahan tangis.
"Hiks... " isak Navaila pelan.
Tangis gadis itu terdengar pelan namun pilu. Geo yang mendengar nya memaki diri nya sendiri. Andai ia tak melakukan hal itu tadi. Andai ia tak terbawa nafsu tadi. Andai dan andai, sekarang semua nya sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur.
Ia siap bertanggung jawab jika gadis nya tengah mengandung benih nya. Jika tidak pun, ia tetap bersedia. Karena itu lah tujuan awalnya. Memiliki Navaila seutuhnya.
"Don't cry baby... " gumam Geo.
Mobil mewah dengan harga milyaran itu terparkir tepat di depan rumah Navaila.
"Nava jangan nangis lagi ya. Jangan cerita dulu ke siapa siapa. Nanti kakak sendiri yang ngomong ke ibu kamu soal tadi sore. Paham?"
Navaila mengangguk dengan tangan yang menghapus air mata nya.
Geo mengecup mata sembab Navaila. "Jangan nangis lagi, okay? "
"Okay." lirih Navaila.
Geo membuka pintu mobil nya lalu keluar dari mobil dengan Navaila yang masih di gendongan nya.
Tok tok tok
Geo mengetuk pintu rumah Navaila. Ia mengelus punggung mungil Navaila yang masih terasa bergetar.
Rana yang sedang ada di dalam mengusap air mata nya yang mengalir. Faezya sedang menginap di rumah teman nya karena ada tugas kelompok yang wajib diselesaikan malam ini juga. Sedangkan putri bungsu nya, Navaila. Belum kembali ke rumah sama sekali. Membuat nya khawatir, saat bertanya pada Vana, Vana mengatakan jika Navaila sudah pulang.
Rana semakin khawatir pada putri bungsu nya. Ia mengusap air mata nya yang kembali mengalir saat mendengar ketukan pintu. Ia berdiri dari sofa dan berjalan mendekati pintu. Ia membuka pintu rumah nya.
Rana terkejut saat melihat putri bungsu nya tengah digendong oleh seorang pemuda berseragam sama seperti Faezya.
"Navaila." panggil Rana.
Navaila hendak menoleh namun ia takut menatap wajah ibu nya. Bagaimana jika ibunya marah?.
Geo yang mengerti pun langsung angkat bicara.
"Maaf tante, Navaila habis bangun tidur. Tadi dia ketiduran di taman. Jadi saya antar pulang. " ucap Geo berbohong.
Rana mengangguk percaya. "Tolong bawa masuk ya nak. "
Geo mengangguk. Ia masuk ke dalam rumah minimalis itu.
"Kamar nya Navaila dimana ya tan? Biar saya anter aja ke kamar. " ucap Geo.
Rana mengangguk pelan. "Kamar nya di ujung lorong nak. "
Geo mengangguk dan berjalan menuju kamar Navaila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist's Little Wife ✅
Teen FictionAll images are from pinterest. WARNING:- BERISI KATA KATA KASAR. ⚠️ - ADEGAN KISSING. ⚠️ - TYPO BERTEBARAN. ⚠️ . Kenzia Anastasia si gadis periang yang duduk di bangku 2 SMP. Kenzia atau kerap disapa Zia adalah p...