DUA PULUH TUJUH

23.9K 2.4K 62
                                    

Good pagi pren😊

Ada yang nunggu Aily up kah hari ini?

Karena vote nya udah 150+ sesuai janji Vee bakal up hari ini.

yang penting vote jangan lupa wogheee?

Happy reading❤

****

"Pagi Pa, Ma," sapaan dari Kara membuat pasangan suami istri yang tengah duduk di meja makan itu mendongak, Winda terlihat memasang senyum sembari mengecup puncak kepala nya, sedang Regan menutup koran nya sembari memusatkan perhatian pada putri semata wayang nya.

"Pagi sayang, mau sarapan apa? Roti atau nasi?"

"Nasi deh Ma." Bagi Kara, bukan sarapan nama nya jika belum makan nasi. Sejenis roti bagi Kara itu hanya sebuah cemilan semata, meskipun dulu saat di raga aslinya Kara jarang sarapan, namun tetap saja Kara lebih memilih sarapan lebih dulu jika itu ada.

"Berangkat dengan siapa?"

Kara mengalihkan tatapan nya pada Regan, Papa Kara itu bertanya sembari menyeruput kopi hitam di yang berada di hadapan nya.

"Bareng sopir Pa."

"Bareng Papa kalau begitu." Kara mana bisa melawan, dari awal Kara bertemu Regan, ada ketakutan tersendiri dalam diri gadis itu, mungkin karna perawakan Regan yang tegap dan berbadan kekar.

"Iya Pa."

Kara, Regan maupun Winda memakan sarapan nya tanpa suara. Wanita yang menjadi ibu angkat Kara itu melirik bergantian pada Regan dan Kara, suasana rasa nya canggung seketika, ingin memulai obrolan pun rasa nya tak benar, jadi ia memilih diam saja sembari berusaha menikmati makanan nya yang tiba tiba saja terasa mendingin.

"Kara selesai."

Winda mendongak, sedang Regan berdehum mengiyakan sembari menatap pada jam di pergelangan nya.

"Kita berangkat!" Regan menyempatkan diri mencium puncak kepala Winda, Kara sendiri sudah berlalu dengan berlari keluar, sebelum nya Kara sudah bersiap kabur saat Regan beranjak mendekat ke arah Winda, pemandangan itu sedikit asing bagi Nara.

Dulu, saat di raga asli nya Kara tak pernah melihat emak dan bapak nya sedekat itu, mereka hanya saling bicara dan jarang melakukan sentuhan. Bapak nya bahkan jarang pamit saat berangkat kerja, mereka terlalu sibuk mencari uang untuk makan besok, asal Bapak pulang membawa banyak uang, maka Emak akan jauh lebih senang.

Namun saat melihat sebuah mobil sport yang baru saja memasuki gerbang mansion, Kara merutuki keputusan nya untuk keluar lebih dulu, ia tau betul siapa pemilik mobil mewah itu. Secepat mungkin ia berbalik, memasuki mansion kembali namun urung saat melihat Regan berada tepat di belakang nya dengan manik memicing.

"Caramella."

Kara menggigit bibir bawah saat mendengar seruan keras dari arah belakang nya, tak perlu di tanya siapa pemilik suara berat itu, Regan sendiri berdehum keras sembari memutar kembali badan Kara dan membawa putri nya itu untuk berada di samping nya.

"Ada perlu apa Arsen?"

Arsen terlihat mengetatkan rahang namun sedetik kemudian memberikan senyuman miring sembari menatap Regan.

"Ini rumah tunangan saya Tuan Regan, tentu saya kesini untuk mengantar dia sekolah," sahut nya lugas. Regan mengangguk sekilas.

"Tanyakan putri saya, dia mau kamu yang mengantar atau saya." Itu tentu bukan pilihan yang bagus, Arsen menyadari itu jika Regan hanya ingin menunjukkan pada nya siapa yang lebih penting bagi Kara. Jika tidak dalam mode perang dingin seperti sekarang Arsen tentu lebih yakin akan pilihan Kara.

AILY || Not an Antagonis Girl ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang