TUJUH PULUH ENAM

11.9K 1.2K 40
                                    


"Dia?"

"Pak Arsen?"

"Dia anakmu. Arumi Ayu Ningtyas."

*****

Kedua wanita itu saling bertatapan dengan sorot mata berbeda. Arumi, wanita itu nampak menatap datar pada Winda yang kini duduk dengan penampilan mengenaskan di atas kursi kayu, jangan harap jika Arumi akan senang setelah tau siapa sebenar nya wanita yang dulu tega membuangnya di panti asuhan, karna demi apapun, Arumi bahkan lebih senang jika wanita itu mati.

Berbeda dengan Winda yang kini memaksa bibir nya terangkat hingga menciptakan getaran kecil, netra sayu nya menatap penuh kerinduan, 10 tahun lebih ia mencari putri nya itu kemana mana, namun semua itu tak pernah mendapat jalan terang.

Pihak panti seolah tak memberi informasi sedikitpun tentang dimana anak nya itu berada.

"LEPAS!! LEPASIN GUE BANGSAT!!"

Anggukan singkat yang Arsen berikan membuat kedua pengawal itu menurunkan tangan, Arumi namoak berjalan congkak dengan rahang mengeras ke arah Winda yang kini menatap nya penuh harap.

"Jadi ini, wujud menjijikkan dari perempuan yang harus nya gue sebut Ibu? Cih!"

Winda tak sedikitpun menahan air mata nya, wanita itu tergugu melihat bagaimana putri nya bersikap pada nya sekarang, ia tak akan heran jika Arumi membenci nya, memang ia bukan sosok yang baik untuk bisa menjadi ibu, mungkin karna itu pula, hingga sekarang tuhan tak pernah kembali memberikan keturunan kepada nya.

Krak

ARRGGHHHH

Winda berteriak histeris saat rambut nya di renggut keras, tatapan nya menunjukkan kesakitan yang berkali kali lipat, apa yang Arsen lakukan tadi memang lebih kejam, namun tatapan mata terluka nya tak bisa ia sembunyikan sekarang.

"Harus nya, lo mati sebelum gue tau kalau lo ibu gue sialan! LO HARUS NYA MATI DARI AWALL!!!"

Winda terisak keras, bibir nya bungkam tanpa memberikan sedikitpun pembelaan, Arsen sendiri memilih menikmati pemandangan menyenangkan di hadapan nya, persis sekali seperti apa yang ia kira, wanita seperti Arumi, bukan sosok polos layak nya gadis nya yang akan memaafkan secara mudah, wanita itu liar, bahkan lebih dari seekor anjing liar di tengah hutan.

"Buah jatuh memang tak akan jauh dari pohon nya, lo parasit, ibu lo juga sama!" Arumi berbalik menatap Arsen sembari mengepalkan tangan, dari awal hanya lelaki itu yang berani menghina nya, lain dari semua lelaki yang biasa nya bertekuk lutut karna kecantikan yang ia punya.

"Saya dengan wanita menjijikkan ini jelas berbeda kelas Pak Arsen," ungkap nya dengan nada melebihkan. Arsen diam tak merespon, kecantikan nya bahkan jauh di bawah Kara nya, namun kenapa wanita itu terlalu percaya diri hanya karna bermodal make up?

"Kelas kalian memang berbeda, tapi tingkatan kalian sama, sama sama pelacur yang menjadi parasit, penghancur kebahagiaan seseorang."

Arumi terkekeh pelan, ia melangkah menuju Arsen dengan langkah semenggoda mungkin. Berhenti tepat di hadapan Arsen, tangan nya terangkat mengelus rahang Arsen yang membuat lelaki itu refleks mengeraskan rahang.

Lancang sekali!

"Mulut anda terlalu berbisa untuk ukuran seseorang berwajah malaikat Pak Arsen--"

Krak

Akkhhh

Arsen tak bisa menahan tangan nya untuk tak memelintir tangan lancang Arumi, selanjut nya mendorong tubuh wanita itu namun tak sampai terjatuh, apa wanita itu pikir Arsen akan tergoda? Hell! Ia bahkan berniat akan mandi tujuh kali setelah ini.

AILY || Not an Antagonis Girl ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang