Hai!
Untuk bab 1 ini, semoga senang mengiringi kalian ketika membaca, ya?
Untuk sebuah perkenalan, mari ucapkan HAI sama-sama.Vote dan komennya jangan lupa.
Tambahin senyumnya juga, ya?Selamat membaca^^
BAB 1: DIA SANG KETUA PASKIBRA
Sesama manusia perlu kenalan untuk tahu bahwa baiknya seseorang tidak hanya dari yang terlihat.
•••
Rasa senang tidak harus selalu datang dari hal-hal yang luar biasa. Bisa makan dengan tenang di jam istirahat sudah cukup untuk menjadi bagian dari senang. Terbebas dari pusingnya materi pelajaran dan soal-soal latihan. Meski hanya 15 menit, senangnya sudah lebih dari cukup.
Kedua gadis itu menikmati jam istirahatnya di sebuah meja yang terletak di sudut kantin. Dengan 2 cup mie yang uapnya masih mengepul. Memang tidak sehat jika terlalu sering makan mie. Tapi, untuk hari ini, kedua gadis itu janjian untuk tidak membawa bekal ke sekolah demi bisa makan mie varian baru yang sedang ramai di kantin.
"Lo yakin nggak mau nambah kecapnya lagi, Na?" tanya Sanji.
Sanjita Purwasari, sahabat Nala sedari kecil, yang kemana-mana selalu berdua. Rambutnya pendek sebahu dengan jepit rambut berwarna hitam yang selalu tersemat di sisi kanan rambutnya. Ia memakai kacamata, sebab matanya tidak lagi bisa melihat senormal orang-orang. Jangan lupa, buah apel adalah kesukaannya. Tidak pernah 1 kalipun buah apel absen dari dalam tasnya walau 1 biji.
Nala hanya menggeleng sebagai jawaban. Gadis itu tidak suka terlalu banyak mencampuri makanannya. Karena rasanya yang asli sudah cukup enak. Biasanya ia akan selalu membawa roti untuk ia makan di istirahat ke 2. Hanya saja, pagi tadi ia tidak sempat untuk mampir ke toko rotinya karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat sepuluh menit.
Ya, Mama Nala adalah penjual di sebuah toko roti. Tokonya memang tidak terlalu besar, namun tokonya tidak pernah 1 hari pun sepi pembeli. Toko itu dijalankan sejak Ayah dan Mama Nala baru menikah. Mama Nala hanya menyewa 2 karyawan. 1 sebagai pengantar pesanan dan 1 lagi membantu Mama Nala membuat roti. Sehingga Nala sering datang ke toko untuk membantu ketika pulang sekolah.
"Oh iya, San," sela Nala. Yang di ajak bicara hanya bergumam seraya terus menikmati makanannya.
"Lo tau yang namanya Raga?"
Sanji lantas menghentikan kegiatan makannya sejenak. "Kak Raga maksud lo?"
Nala mengangguk. "Lo kenal?"
"Enggak sih, gue cuman tau aja, dia kelas 12 IPA 3. Kenapa?"
Nala menggeleng. "Enggak papa sih, nanya aja."
"Dia ketua paskibra, belum punya pacar, makanya banyak banget yang kirim pesan buat dia di menfes," papar Sanji.
"Banyak yang suka sama dia?"
"Banyak banget lah, mungkin kalo dihitung setengah siswi SMAGASA, atau mungkin lebih yang suka sama dia. Lagian siapa sih yang nggak tau kak Raga. Pesonanya tuh, beuhhh," ucap Sanji hiperbola.
"Tapi gue nggak tau tuh?"
Sanji menatapnya terkejut. Tidak percaya ada orang yang tidak tau dengan pesona cowok yang jadi incaran siswi-siswi SMAGASA.
"Lo kemana aja neng sampai nggak tau? Lo temenan sama siapa sih sampai kudet gini?" tanya Sanji tidak percaya.
"Temen gue cuma lo kan?"
"Iya juga ya?" Sanji jadi plin-plan sendiri.
"Ya, pokonya gue kasih tau deh, kak Raga itu pinter, ketua paskibra, sayang ibu, sayang ayah, sayang adik, sayang seluruh warga Indonesia, siapa coba yang nggak beruntung jadi pacarnya? Kalo gue kepilih jadi pacarnya aja gue beruntung lahir batin."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGAKU
Teen Fiction"Jika mencari bisa saja berujung tak menemukan, maka aku akan memilih menunggu untuk ditemukan." Manusia selalu punya opininya masing-masing soal cinta. Tidak ada yang tahu kapan manusia akan jatuh cinta. Sebagian dari mereka takut untuk jatuh, seba...