BAB 36

248 12 1
                                    

Haiii
Klik bintang dulu sebelum baca ya.
Perjalanan Raga dan Nala masih panjang.

Selamat baca^^

BAB 36: CINTA KALA ITU

Cinta ini, dulunya begitu agung saat pertama kali mengenalmu. Namun layaknya senja, masanya tak pernah panjang.

•••

Wanita itu, katanya punya banyak maaf yang tersimpan untuk orang-orang yang dicintainya. Sekesal dan semarah apapun, maaf selalu tersedia untuk orang itu. Tapi, jangan sampai maaf yang banyak itu, jadi sesuatu yang bisa ditukar dengan hal yang hendak pergi. Karena katanya, kata maaf itu datangnya bukan dari orang yang salah, melainkan dari seseorang yang tidak ingin kehilangan.

Di ruangan yang tidak terlalu besar itu. Gadis penghuni ruangan Aglonema masih menempati ranjangnya. Yang berbeda, saat ini laki-laki yang kemarin ia rutuki duduk di tepi ranjangnya.

Entahlah, seharusnya Nala keluarkan semua amarahnya sekarang. Harusnya laki-laki itu ia maki-maki sekarang. Tapi, entah kemana semua kalimat emosi itu. Semua menghilang dengan kedatangan Raga.

Di tangan laki-laki itu terdapat sepotong vanila cake yang ia suapkan perlahan ke mulut gadis di depannya.

"Maaf ya, kemarin nggak bisa jengukin," ucap laki-laki itu menatap lekat di manik coklat gadis yang masih menjadi kesayangannya.

Nala lemah jika ditatap seperti itu. Sorot mata itu, membuatnya tidak bisa lama-lama membalas tatapan Raga.

"Nggak papa, Kak," jawab Nala. Matanya lantas terarah pada paper bag kecil di nakas. "Itu apa, Kak?" tanyanya penasaran.

"Puding jagung. Mau?"

"Mauuu."

Raga terkekeh mendengar jawaban Nala yang nadanya seperti bocah usia 5 tahun. Tangannya terangkat untuk mengacak gemas rambut gadis itu. Ia kemudian mengambil 1 cup puding jagung dan menyuapkan masuk ke dalam mulut gadis itu.

"Kak," panggilnya. Raga berdehem menjawab Nala. Kegiatannya menyuapi gadis itu terhenti sejenak.

"Mau pinjem hp kamu, boleh enggak?" Raga bukannya menjawab malah menatap tajam manik coklat milik Nala. Membuat Nala yang semula berani, mentalnya menjadi ciut.

"Nggak boleh ya? Yaudah nggak papa." Ia lantas menunduk, memainkan ujung celananya yang ia pilin-pilin tidak jelas.

Lantas sebuah handphone di sodorkan begitu saja ke depannya. Nala mengangkat pandangannya terkejut.

"Eh, boleh, Kak?" Raga mengangguk dan memberikan handphonenya pada gadis itu.

Nala menerimanya. Ia langsung menuju galeri yang menyimpan banyak foto-foto. Tidak terlalu sulit untuk Nala membuka layar kunci milik Raga. Karena pinnya saja menggunakan tanggal lahir Nala. 01-05-02.

"Ini kamu ngapain, Kak?" tanya Nala sembari menunjukkan foto Raga yang menggunakan kaos putih lusuh, capil yang menutup kepala, serta cangkul yang dipikul di pundaknya.

Raga mendekatkan tubuhnya. "Itu kemarin, waktu drama bahasa Indonesia," jawabnya.

Nala terkekeh, "Kak Raga jadi petani?"

RAGAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang