BAB 51

408 15 0
                                    

Haii
Ini 1 bab sebelum bab terakhir.
Bab ini bakalan panjang.
Jadi siapin kopi biar ga ngantuk.

Met baca^^

BAB 51: KEPULANGAN YANG KESEKIAN

Semua meredup, termasuk senyummu.

•••

Raga memacu kecepatan motornya di atas rata-rata. Bahkan jika kesadaran Raga tidak dalam kendalinya sendiri, ia bisa membawa motor itu melaju dengan kecepatan tinggi. Ditambah keadaan jalanan tengah malam yang mulai lenggang, membuat Raga semakin ugal-ugalan memacu motornya.

Jam masih menunjukkan pukul 11.27. Baru 2 jam yang lalu ia meninggalkan Rumah Sakit selepas melihat bulan purnama di rooftop dengan Nala. Namun, saat ia sedang mengistirahatkan tubuhnya di sofa dengan TV menyala, ia mendapat telepon dari Rumah Sakit.

"Kak, ini Sagala."

"Kenapa, Saga?"

"Kak Nala mau ketemu kak Raga." Suaranya terdengar serak di ujung sana.

Raga mengernyit bingung. "Kan tadi abis ketemu?"

"Kak Nala mau ketemu Kak Raga, sekali lagi..."

Raga menarik penuh tuas gasnya kala lampu menyala hijau di depan sana. Jaraknya masih terlalu jauh untuk Raga bisa melewati lampu lalu lintas di depan sana. Namun, ia pastikan untuk bisa sampai di Rumah Sakit secepatnya.

Motornya semakin menggila di jalanan yang cukup sepi. Sejujurnya tidak ada jalanan yang bisa dikatakan sepi di kota Jakarta yang tidak pernah tidur. Hanya saja, malam ini keadaan jalanan tidak sepadat biasanya.

Namun, tampaknya memang tidak mungkin Raga bisa melewati lampu hijau bahkan dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia menarik rem mendadak kala lampu hijau berubah merah. Telat sedikit saja ia mengerem motornya, ia bisa tertabrak oleh kendaran yang sedang melaju di depannya.

Raga menarik napas panjang, menghembuskannya perlahan.

Tenang, Raga, tenang. Keadaan akan semakin rumit kalau sampai lo kenapa-kenapa.

***

Nala sudah tak tahan. Sakit di sekujur tubuhnya semakin menyiksa dirinya. Bahkan oksigen yang mengalir masuk ke paru-parunya, rasanya seperti tercekat.

Nala menatap wajah mamanya lekat-lekat. Begitu dalam tatapan matanya pada wanita paruh baya itu. Amat dalam seakan ini memang terakhir kali Nala bisa menatap mamanya sedalam ini.

Mama, pemilik cinta paling besar. Pemilik kasih sayang paling luas yang Nala punya. Nala hidup berkat cinta dan kasih sayang yang Mama berikan.

Dalam banyak kesempatan lainnya, Nala ingin terus bersama Mama. Menghabiskan banyak waktu di toko kue. Hanya dengan Mama kebahagiaan di toko kue itu tercipta. Tuhan, tolong beri umur panjang untuk Mama.

Netranya beralih pada laki-laki usia 46 tahun yang berdiri di sebelah ranjangnya berusaha menenangkan tangis tak terbendung Mama. Laki-laki itu adalah Ayahnya. Laki-laki paling kuat dan tidak mengenal rasa takut. Hanya kali ini, 1 ketakutan terbesarnya memenuhi isi kepalanya. Takut kehilangan putri tercintanya.

RAGAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang