Halooo
Ketemu lagi di bab yang baru.
Klik bintangnya dulu biar nggak lupa.Selamat baca^^
BAB 14 : HE CHOSE ME
Kehidupan gue bukan lagi sebuah kesia-siaan setelah ada lo.
•••
Pagi ini, nampaknya matahari malu-malu untuk menampakkan wujudnya. Sambil bersembunyi di balik awan kelabu dengan sinar yang muncul dari sela-sela awan. Meski begitu, cuaca pagi ini tidak memengaruhi kegiatan orang-orang untuk memulai aktivitasnya.
Jalanan Jakarta tetap padat di pagi hari yang mulai beranjak siang. Pedagang kaki lima tetap menjajakan dagangannya di tepi jalan. Juga para pekerja bangunan yang tetap melanjutkan pekerjaannya. Tidak sedikitpun orang-orang terganggu dengan cuaca pagi ini.
Mobil BMW hitam itu melaju membawa 2 orang di dalamnya. 1 yang fokus dengan stir kemudinya. Sedang 1nya memeluk tas berisi perlengkapan balet di pangkuannya.
Pagi tadi, saat Nala mengeluarkan sepedanya dari garasi untuk berangkat kelas balet, Raga tiba-tiba berhenti dengan mobilnya di depan rumah. Laki-laki itu tau jika Nala ada kelas balet setiap Sabtu pagi. Tanpa menghubungi Nala, Raga langsung datang ke rumah dan menawarkan untuk mengantarnya.
Nala sempat menolak, namun Raga tetap kekeh untuk mengantar gadis itu kelas balet. Bahkan laki-laki itu sempat berkata seperti ini tadi pagi.
"Na, balet itu menguras banyak tenaga, jadi lo harus bawa semangat sebelum berangkat, gue misalnya."
Nala terkekeh mendengar ucapan laki-laki itu tadi pagi. Akhirnya ia mengiyakan permintaan laki-laki itu untuk mengantarkannya.
Balet sudah menjadi hobi Nala sejak kecil. Dulu, ia hanya melihat balet di TV, ia sering meniru gerakan balet yang di peragakan dari layar kaca itu. Hingga akhirnya, di usia 7 tahun Mama mendaftarkan Nala untuk mengikuti kelas balet. Nala sering mengikuti kompetisi-kompetisi balet sejak kecil hingga ia usia remaja. Namun, ia sering kali gagal . Hingga membuat dirinya seringkali merasa kecil dan tidak mampu dalam bakatnya sendiri.
Yang Mama Nala lakukan adalah terus memberikan semangat pada putrinya. Bahkan Ayah Nala sering memberikan hadiah jika Nala selesai mengikuti kompetisi balet. Ayah Nala tidak memberikan hadiah sebagai perayaan kemenangannya. Justru Ayah Nala memberikannya saat Nala mengalami kegagalan.
Karena bagi Ayah, kegagalan juga adalah hasil dari perjuangan yang perlu dirayakan. Kegagalan perlu lebih banyak hiburan agar kesedihannya tersamarkan. Kadang kegagalan bukanlah hal yang paling ditakuti seseorang. Tapi seseorang yang tidak mau menerima kegagalan, itu lebih menakutkan.
Karena itu, Mama dan Ayah tidak mau putrinya merasakan ketakutan saat menghadapi kegagalan. Mereka ingin putrinya menganggap kegagalan adalah salah satu cara untuk berproses menjadi lebih baik bukan jadi terpuruk.
Mobil itu berhenti di depan gedung bercat putih. Nala beranjak turun dari mobil dengan menggendong tasnya di bahu. Namun tiba-tiba ia teringat sesuatu membuatnya menunda untuk turun.
"Kak, gue kelas baletnya lama, Kak Raga kalo mau pulang, pulang aja nggak papa," ucap Nala.
"Kalo gue nggak mau pulang?"
Nala terlihat bingung kala Raga melemparkan pertanyaan itu. Namun Raga justru terkekeh melihat wajah Nala yang kebingungan akibat pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGAKU
Teen Fiction"Jika mencari bisa saja berujung tak menemukan, maka aku akan memilih menunggu untuk ditemukan." Manusia selalu punya opininya masing-masing soal cinta. Tidak ada yang tahu kapan manusia akan jatuh cinta. Sebagian dari mereka takut untuk jatuh, seba...