BAB 3

594 93 41
                                    

Hai!
Untuk bab 3 ini, semoga senang mengiringi kalian ketika membaca, ya?
Untuk sebuah perkenalan, mari ucapkan HAI sama-sama.

Vote dan komennya jangan lupa.
Tambahin senyumnya juga, ya?

Selamat membaca^^

BAB 3: HAI KEMBALI, NONA

Banyak dari mereka meremehkan sebuah proses yang sedang disulam. Hanya karena hasilnya belum tampak, bukan berarti tidak mungkin. Tak apa banyak yang tidak percaya hari ini. Tapi esok, bungkam mereka dengan hasil yang luar biasa.

•••

Pagi yang disambut dengan cerahnya sinar matahari. Secerah wajah-wajah siswa siswi SMA Garuda Sakti. Banyak dari mereka yang datang pagi ini membawa banyak semangat baru untuk hari yang baru. Namun, tidak semua. Ada pula siswa siswi yang datang dengan wajah lesu, lantaran malam yang seharusnya jadi waktu untuk menenangkan tubuh dan segala isi pikiran, harus jadi malam yang panjang karena kesibukan yang membuatnya harus terjaga.

Pagi ini, Nala jadi manusia dengan opsi kedua. Semalam, toko rotinya mendapatkan pesanan kue sebanyak 100 kotak yang harus selesai hari ini. Membuat Nala harus terjaga semalaman demi membantu Mamanya menyiapkan pesanan.

Ia hanya tidur 3 jam. Dan itu waktu tidur yang sangat kurang bagi Nala. Lelah masih mengerubungi tubuhnya. Bahkan matanya, untuk terbuka lebar rasanya tidak kuat. Seluruh tubuhnya terasa lelah.

Demi untuk bisa berangkat pagi, ia sampai tidak sarapan pagi ini. Takut ia telat sampai sekolah karena pagi ini ia bangun tidak sepagi biasanya. Bahkan untuk membawa bekal pun ia tidak sempat. Perutnya sudah mulai terasa perih, namun harus ia tahan. Suatu keberuntungan karena dia tidak punya penyakit maag.

Di lobi, ada beberapa anak laki-laki yang sedang duduk berkumpul di sana. Para laki-laki kelas 12 yang kebiasaannya berangkat lebih awal.

"Udah lo siapin pasukan pengibar buat hari senin?" tanya Darmo. Laki-laki dengan pakaian paling rapih di SMA Garuda Sakti. Ia menjabat sebagai wakil ketua paskibra sejak ia masih duduk di bangku kelas 10.

"Udah, kita tinggal latihan formasi sore ini," jawab Raga dengan netranya yang terus terfokus pada layar handphone di tangannya.

"Ngeliatin apa sih lo, Ga? Kaya ada yang ngechat aja?" tanya Argan mengejek.

"Banyaklah yang ngechat Raga, dia kan famous, banyak yang suka, emangnya lo?" tanya Lingga balas meledek.

"Adalah yang ngechat gue," sangkal Argan.

"Siapa?"

"Mang Aben." Kedua laki-laki itu tertawa. Sedangkan dua laki-laki di sebelahnya hanya diam tidak menanggapi. Mang Aben, adalah penjual batagor depan sekolah yang setiap hari mangkal di depan warung fotokopi. Para warga SMA Garuda Sakti memanggilnya dengan panggilan Mang Aben.

"Ga, liat itu."

Sesaat lamunan Raga pada layar ponselnya terganggu kala Argan menepuk-nepuk bahunya sedikit kencang. Raga lantas menoleh dengan sedikit emosi.

"Apa sih?"

"Itu cewek yang dicie-ciein sama lo waktu di depan fotokopian kan?" tunjuk Argan pada gadis yang baru saja melintas.

Raga lihat ada yang berbeda dari gadis itu hari ini. Hal yang biasanya selalu gadis itu bawa kemana-mana tampaknya tidak ikut hari ini. Senang. Hal itu tampaknya tertinggal. Membuat wajah gadis itu terlihat lesu dan kurang semangat.

RAGAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang