Haii
Akhirnya ketemu lagi.
Semangatku belum kumpul.
Jadi kasih vote dan komen ya.
Semoga betah sampai ending.See u next part^^
BAB 42: KITA KEMBALI, BUKAN PULANG
Maaf tidak akan mengembalikan hubungan yang sudah berantakan. Aku sudah mengusirmu dari ruang hatiku. Meski tidak sepenuhnya hilang.
•••
Malam tadi, dokter datang ke ruangan Nala membawa kabar baik yang selama ini ia kira tidak akan pernah ia dengar. Ia sempat termangu di tempatnya hingga beberapa waktu.
"Kondisi Nala, beberapa hari ini berangsur membaik. Melihat kondisi tubuh Nala yang pulih dengan cepat, maka besok pagi, Nala sudah boleh pulang."
"Beneran dok?"
Dokter mengangguk.
Nala kira, malam ini adalah mimpi yang panjang dan Nala tidak akan pernah terbangun. Tapi, perkataan dokter adalah kenyataan, bukan mimpi belaka. Keputusan dokter membuatnya benar-benar tidak percaya. Bahkan setelah dokter keluar dari kamarnya, semalaman Nala tidak dapat memejamkan matanya. Ia sulit tertidur akibat kabar yang didengarnya. Ia terlalu semangat, ia sudah rindu rumahnya, ia rindu sekolah, ia rindu semua kegiatannya yang selalu ia jalani setiap hari.
Pagi ini, semua barang-barangnya sudah terkemas rapi dalam 1 tas besar. Nala sudah berganti pakaian. Pakaian rumah sakit tidak lagi jadi pakaian setiap hari mulai kini. Meski ia tidak dapat lagi mengepang rambutnya karena sudah habis akibat kemoterapi.
Papa dan Mama sedang mengurus administrasi rumah sakit. Sedangkan Nala berada di kamar ditemani Sagala. Bocah laki-laki itu siap membantu Nala untuk membawa tas besarnya yang sebenarnya papa melarangnya untuk mengangkat tas besar itu sendirian.
"Kak, biar Sagala aja yang bawa."
"Jangan, Kakak kuat angkat ini."
"Kak, Kakak baru boleh pulang, jangan angkat yang berat-berat. Angkat yang berat-berat itu kerjanya laki-laki. Jadi biar Sagala aja."
Nala tertawa mendengar penuturan Sagala. Ia menurutinya dan memberikan tas besar itu kepada Sagala. Keduanya hendak berjalan keluar. Namun Nala harus berhenti kala terdengar handphonenya berdering.
"Halo, San?"
"Nala, gue mau jenguk lo hari ini, lo mau dibawain apa?" tanya Sanji di telepon. Gadis itu selalu semangat tiap kali hendak datang menjenguk sahabatnya.
"San, gue punya kabar."
"Kabar? Kabar apa?"
"Gue pulang hari ini!" ucap Nala semangat.
"Yang bener? Lo pulang? Pulang ke rumah? Lo udah sembuh?"
Nala terkekeh mendengar pertanyaan bertubi-tubi dari Sanji. Gadis itu tak kalah semangatnya dengan Nala.
"Ya ampun, Nala. Akhirnya. Gue seneng banget! Gue tunggu lo sampai rumah ya!"
Panggilan dimatikan. Nala menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan penuh energi positif hari ini. Ia akan kembali. Kembali pada rutinitas yang selalu memberinya semangat baru.
Rumah, akhirnya aku kembali.
***
Semalam, kabar Nala pulang ke rumah, menyebar dengan begitu cepat ke telinga para sanak saudara, juga para tetangga. Kedatangan Nala di rumah disambut begitu hangat oleh orang-orang baik yang sudah membantu kesembuhannya lewat doa-doa dan harapan yang mereka berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGAKU
Teen Fiction"Jika mencari bisa saja berujung tak menemukan, maka aku akan memilih menunggu untuk ditemukan." Manusia selalu punya opininya masing-masing soal cinta. Tidak ada yang tahu kapan manusia akan jatuh cinta. Sebagian dari mereka takut untuk jatuh, seba...