BAB 31

192 6 0
                                    

Haiii
Klik bintang dulu biar aku semangat lanjutin partnya.

Selamat baca^^

BAB 31: MAMA SEBUT DENGAN TANGIS

Ingatlah, aku akan selalu jadi tempat pulangmu. Bahkan jika pergimu terlampau jauh.

•••

Tulisan pada sebuah secarik kertas masih jadi kebiasaan laki-laki itu tiap kali meninggalkan pesan. Bukan ia tidak mau menggunakan handphonenya untuk berkirim pesan. Hanya saja, dengan meninggalkan pesan pada secarik kertas, ia jadi tidak langsung tahu dengan jawabannya. Ia bisa menerka-nerka jawaban dari pesannya. Membayangkan bagaimana reaksi gadis itu ketika membaca pesan pada secarik kertas darinya.

Kemarin, setelah semuanya pulang menjenguk Nala dari Rumah Sakit, Sagala memberikan sebuah kue vanila yang dibungkus dalam kotak kecil. Dengan secarik kertas dengan tulisan tangan. Kertas yang bertuliskan seperti ini.

Minggu-minggu ini, aku bakalan sibuk, Na. Maaf ya, kalau nanti kita jarang ketemu. Tapi, tenang, disisa-sisa waktu luangku, kusisakan waktu untuk menjengukmu.

Laki-laki itu tidak mengatakannya langsung. Mungkin tak sempat. Atau mungkin tidak enak jika harus didengar oleh yang lain. Yang jelas, kertas itu datang setelah kepulangan Raga dan teman-temannya.

Tadi, Nala juga sempat berkenalan dengan salah satu perempuan yang ada di antara mereka. Raga mengenalkannya pada Nala. Gadis itu bernama Alin. Masih satu ekskul dengan Raga di paskibra. Sama-sama sudah purna dari kegiatan itu.

Nala tidak bereaksi apapun ketika Raga mengenalkannya dengan gadis itu. Nala tetap menyambutnya dengan baik. Meski sebelumnya terbesit rasa cemburu di lubuk hatinya. Mau bagaimanapun, gadis itu sudah punya niat baik untuk menjenguknya.

Netra itu menatap lekat pergelangan tangannya yang terpasang jarum infus. Dulu, dengan tangan ini ia membantu mama membuat roti dan berbagai macam kue di toko. Terhitung sudah hampir 1 bulan ia tidak mengunjungi toko kue yang dulu hampir setiap hari ia pijakkan kakinya di sana.

Dulu, dengan tangan ini ia menggenggam stang sepeda. Mengayuhnya hingga menyinggahi banyak tempat. Menebar senyum ke seluruh penjuru tempat yang ia lewati.

Haha. Nala rindu masa-masa itu. Saat ini, semesta menyuruhnya untuk berhenti dari semua macam kegiatan. Menyuruhnya untuk banyak istirahat. Menyuruhnya berhenti bertemu banyak orang.

Mama pernah bilang, "Nala pasti sembuh." Tapi, mama bukan dokter yang bisa mengobati. Mama juga bukan Tuhan yang bisa memberikan kesembuhan. Mama hanya manusia. Dan seperti lazimnya manusia, mama cuma bisa berharap dan memberikan pengharapan. Mama juga tidak tau apakah harapannya akan sesuai dengan yang terjadi. Mama tidak pernah tau. Hingga hari ini, mama cuma bisa berharap.

Wanita paruh baya masuk dengan sekantung buah yang ia letakkan di nakas. Membuat Nala mengalihkan atensi padanya.

"Mama," panggilnya. Wanita itu diam. Bahkan kembali menuju pintu, hendak meninggalkan Nala di sana.

"Mama tadi ketemu dokter kan?"

Wanita yang ia panggil mama itu berhenti. Padahal tangannya sudah siap menekan handle pintu. Gerakannya tidak berubah, tetap tidak berbalik arah.

"Dokter pasti bilang sesuatu sama Mama."

"Dokter nggak mungkin diem aja ketika Mama tanya soal Nala di ruangannya."

Sebuah ketidakmungkinan jika kedatangan Mama di ruangan dokter hanya jadi pertemuan yang penuh keheningan. Berbagai macam pemeriksaan telah dilakukan. Berbagai macam tes sudah di uji coba. Tidak mungkin tidak ada hasil yang tidak dokter dapatkan.

RAGAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang