Haiii
Mari melanjutkan kisah Raga dan Nala
Semoga bisa betah sampai ending ya
Klik bintang dulu biar nggak lupaSelamat baca^^
BAB 46: TENTANG KAPAL YANG TAK MEMBAWAMU PULANG
Ma, tolong, jangan jadi manusia yang dirindukan selamanya.
•••
Di perjalanan pulang, Raga menelan ludahnya susah payah. Tiba-tiba tenggorokannya terasa tidak nyaman. Entah apakah dia akan sakit atau memang ia terlalu merasakan tenggorokannya menelan ludah.
Sebelah tangannya meraih sebotol air mineral yang terletak di dasbor mobil yang ia kendarai malam ini. Sedangkan sebelah tangannya yang lain tetap memegang kendali stir mobil. Ia berusaha menetralkan jantungnya yang tiba-tiba terasa berdetak sedikit lebih kencang. Otaknya mencoba mengalihkan berbagai macam kecemasan yang menyerbu pikirannya.
Lagu Bruno Major sengaja ia setel untuk menemaninya di dalam mobil. Harap-harap perasaan tidak enaknya teralihkan oleh alunan musik itu.
Hingga mobilnya sampai di pelataran rumah. Langsung ia bawa masuk ke dalam garasi. Kakinya melangkah masuk ke rumah yang malam ini hanya akan ada dirinya. Tanpa mama dan papa untuk beberapa hari ke depan.
Tubuhnya langsung ia baringkan di sofa panjang depan TV. Tanpa TV yang menyala, Raga membiarkan kesunyian mengisi rumahnya. Namun, tampaknya ketenangan tidak diizinkan untuk menemaninya malam ini. Sebuah dering telepon mengganggu matanya yang baru saja terpejam.
Raga menggerutu sambil merogoh ponsel di dalam saku celananya. Tertera nama Argan yang melakukan panggilan ke handphonenya. Jam 11.45, harusnya matanya sudah terpejam nyenyak saat ini.
"Halo," ucap Raga dengan suara serak, malas mengangkat panggilan dari laki-laki itu.
"Raga, lo di mana?" Nada bicara laki-laki itu terdengar berbeda.
"Lagi di rumah, kenapa?"
"Lo harus liat berita sekarang." Kening Raga tiba-tiba berkerut. Ia menolak perintah yang Argan berikan untuknya. "Males, gue nggak suka nonton berita."
"Lo harus liat sekarang, Ga!"
Raga berdecak kesal. Ia kemudian bangkit dari sofa untuk menyalakan TV yang sebelumnya memberikan kesunyian. Ia tidak tau harus menyetel saluran apa. Namun ketika layar TV menyala, Raga benar-benar dibuat terkejut. Layar tv langsung menayangkan berita yang membuatnya tidak mampu berkata-kata. Bahkan remot tv yang sebelumnya ia genggam kuat, tanpa sadar terjatuh dan menimbulkan suara keras.
Kedua mata Raga membulat. Hela nafasnya memburu. Degup jantungnya semakin kencang bak genderang perang. Gemetar menghampiri sekujur tubuhnya.
Malam ini benar-benar mimpi buruk yang Raga alami meski ia tidak sedang tidur. Raga ingin bangun, meski ia tidak dalam keadaan terlelap. Ia ingin lari, meski saat ini entah apa yang ingin ia hindari. Raga ingin menolak kenyataan bahwa itu adalah nama kapal yang beberapa jam lalu membawa mama dan papanya.
Dari banyaknya mimpi buruk, kenapa kenyataan harus lebih buruk?
"Tadi, bukan perpisahan yang terakhir kan, Ma, Pa?"
***
Nala mematung saat sedang berdiri di tepi koridor lantai satu. Entah apa yang ia lakukan hingga sampai di lantai satu padahal kamar rawatnya ada di lantai 3. Tentu saja dengan stand infus yang selalu ia bawa kemana-mana tiap keluar kamar. Harusnya suster melarangnya untuk keluar kamar terlalu sering, tapi Nala sangatlah keras kepala.
Pukul 2 dini hari, saat keadaan terlihat sepi. Nala terkejut ketika tiba-tiba koridor rumah sakit dipenuhi oleh brankar yang didorong tergesa-gesa oleh beberapa perawat. Wajah-wajah panik ikut serta dalam rombongan yang berlari-lari mengikuti brankar itu dibawa.
"Suster!"
Nala berteriak menghentikan salah satu suster yang berlari mengikuti rombongan. Suster itu berhenti mengikuti teriakan dari Nala.
"Ada apa ini, Sus? Mereka kenapa?" tanya Nala melihat rombongan yang dengan cepat menjauh.
"Kamu pasti belum liat berita ya?" Suster itu justru bertanya balik. Nala mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan itu. "Berita? Emang ada apa, Sus?"
"Kapal Karsa Kanaya dikabarkan tenggelam pukul 11 tadi. Banyak korban yang ditemukan selamat dan butuh penanganan secepatnya." Tanpa bicara lagi suster itu langsung menyusul rombongan yang sudah hilang di ujung koridor.
Nala tertegun. Benar, ia belum melihat berita hari ini. Beberapa hari terakhir ia jarang sekali mengecek akun sosial medianya. Hingga berita sepenting itu ia baru mengetahuinya sekarang.
Belum selesai ia beradu dengan isi kepalanya. Sebuah brankar didorong tergesa-gesa oleh beberapa perawat. Menyusul rombongan yang sudah jauh menghilang. Di brankar itu, seorang wanita paruh baya tak sadarkan diri dibawa oleh para perawat untuk segera ditangani.
Sontak Nala membulatkan kedua matanya. Sebelah tangannya menutup mulutnya yang ternganga. Ia benar-benar terkejut. Wajah wanita itu, ia mengenalnya. Ia tidak mampu berkata-kata, bahkan ia tidak percaya.
Seorang wanita yang begitu ia kenal beberapa bulan terakhir. Ibu dari seorang laki-laki yang pernah menjadi bagian dalam kisah perjalanannya. Meski sekarang laki-laki itu masih menjadi bagian dari hidupnya.
"Tante Laras."
Sekujur tubuh Nala tiba-tiba merasakan gemetar hebat. Peluh ikut membasahi dahinya. Hal yang barusan ia lihat, kabar yang barusan ia dengar, berhasil menyita kesadarannya. Semua terasa seperti mimpi, mimpi buruk meskipun ini adalah kenyataan.
Sebuah kenyataan yang tidak ingin ia terima. Tapi, itu terjadi malam ini. Bahkan jika ia berusaha keras menolaknya, malam ini semuanya telah terjadi.
****
Thank u.
Note:
Ilustrasi diatas, aku buat sendiri. Susah banget cari gambarnya. bayangin aja itu gambarnya malam hari ya😭🙏Vote dan komen.
Lanjut part selanjutnya ya.
Follow Instagram: suararaga_See u next part ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGAKU
Teen Fiction"Jika mencari bisa saja berujung tak menemukan, maka aku akan memilih menunggu untuk ditemukan." Manusia selalu punya opininya masing-masing soal cinta. Tidak ada yang tahu kapan manusia akan jatuh cinta. Sebagian dari mereka takut untuk jatuh, seba...