BAB 50

281 12 0
                                    

Haiii
Kisah Raga dan Nala masih berlanjut.
Semoga betah sampai ending ya.

Selamat baca^^

BAB 50: SEABADI PURNAMA

Semua hal boleh berlalu, kecuali satu, kisah kita.

•••

Raga sudah memeriksa ramalan cuaca hari ini. Selain ia selalu mengamati benda-benda langit, ia juga sangat menantikan hari ini. Karena malam ini, bulan purnama akan bersinar penuh menghiasi langit malam ini.

Bahkan Raga sudah merencanakan ini sejak beberapa hari lalu. Sore ini, ia mengajak Nala pergi ke rooftop Rumah Sakit untuk melihat matahari terbenam di kaki langit, untuk kemudian melihat bulan purnama yang akan bersinar indah di atas sana.

"Kak Raga, kita ngapain ke rooftop? Kan bisa liat senja dari lantai 2?" Tanya Nala tak mengerti. Sedangkan laki-laki itu sibuk menarik sebuah kursi untuk mereka duduki berdua.

"Gue mau ngajak lo liat sesuatu."

"Liat apa?"

"Nanti lo pasti tau, Na."

Raga kemudian bergerak melepaskan jaket tebalnya dan memasangkannya pada tubuh mungil Nala. Gadis itu sempat terlihat gemetar akibat hembusan angin yang membuatnya kedinginan. Ia juga melilitkan syal berwarna biru muda ke leher gadis itu agar tak ada sedikitpun udara dingin menusuk kulitnya. Kini gadis itu tampak seperti boneka. Tubuhnya yang kecil dibalut dengan jaket kebesaran yang menutup seluruh lengannya sampai ke jari-jari.

Mereka tidak beranjak duduk. Justru Nala terpaku memandang pemandangan langit jingga dari atas sini. Terlihat sempurna seperti pada lukisan. Cahaya jingga dari matahari yang hendak tumbang menyiram lembut apa saja yang ada di bawahnya.

Diam-diam Raga mengeluarkan sebuah kamera Cannon yang ia letakkan bersama stand kameranya di belakang Nala tanpa sepengetahuan gadis itu. Itu adalah kamera yang sempat ia beli di toko kecil samping stasiun saat ia hendak berkunjung ke rumah pamannya.

Ia memposisikan lensa kameranya menghadap punggung Nala yang disorot oleh cahaya jingga di depannya. Diam-diam ia mengambil foto gadis itu tepat saat angin berhembus dan membuatnya menoleh ke samping. Nala terkejut ketika menyadari jika Raga memotret dirinya.

"Kak Raga, kamera siapa?"

"Kamera gue," jawab Raga tersenyum.

"Kak Raga sengaja bawa kamera?"

"Iya, buat motoin lo," ucapnya terjeda. "Satu frame sama gue, kalo boleh."

Nala tersenyum. Dan Raga menganggap itu berarti iya. Maka ia mengatur timer pada kameranya dan segera memposisikan diri di sebelah Nala.

Sore itu, untuk pertama kalinya Raga dan Nala berada dalam satu frame di foto. Karena saat masih berpacaran dengan Nala, Raga tidak pernah berfoto bersama gadis itu.

Sebenarnya, bukan hanya itu tujuan Raga membawa kamera dan mengajak Nala ke rooftop Rumah Sakit. Lantaran untuk memotret bulan purnama malam ini.

Tak perlu menunggu larut malam, sejak petang tadi bulan sudah menampakkan wujudnya. Bulan purnama malam ini terlihat menakjubkan. Bahkan kedua manik mata gadis di sebelah Raga sampai berbinar menatap keindahan bola putih benderang yang tergantung di langit atas.

RAGAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang