BAB 7

389 58 5
                                    

Halo!!
Akhirnya kita ketemu lagi dengan Raga dan Nala di bab 7.
Vote dan komen dulu.

Selamat baca^^

BAB 7 : DERMAGA JADI SAKSINYA

Banyak harapan dari manusia yang selalu mengudara setiap harinya. Meminta untuk didengar semesta agar benar-benar nyata.

•••

Seperti sekolah kebanyakan, pelajaran olahraga selalu jadi favorit anak laki-laki. Dengan materi bola basket kini sedang kelas 12 IPA 1 lakukan di lapangan. Masing-masing tim yang terdiri dari 6 orang berebut 1 bola basket yang terpantul kesana kemari.

Raga, walaupun laki-laki itu tidak terlalu jago dalam permainan basket, namun teman-temannya tetap percaya padanya. Mereka sedang diberikan waktu 5 menit untuk istirahat. Agar tenaganya tidak habis.

Raga dan teman-temannya duduk di tepi lapangan dengan minuman botol ditangan mereka masing-masing. Keringat mengucur di pelipis. Sebagian mengipasi dirinya menggunakan tangannya sendiri. Meski rasa gerahnya menyelimuti, ada beberapa orang yang melipat lengan kaosnya sampai ke atas.

Dari arah perpustakaan, Raga melihat rombongan adik kelas berjalan beriringan. Raga menyipitkan matanya demi melihatnya lebih jelas. Ternyata rombongan kelas 11 IPA 2. Raga mengamati satu persatu siswa yang lewat. Mencari seseorang yang seharusnya ada dalam rombongan itu. Sayangnya tidak Raga temukan.

Kegiatannya mengamati rombongan 11 IPA 2 harus terhenti karena guru olahraga sudah meniupkan peluitnya lagi. Membuat kedua tim itu harus kembali bermain di lapangan.

Tim Raga berkumpul sebelum bermain. Merencanakan taktik untuk bisa mencetak poin. Lingga dan Argan sebagai anggota tim basket SMAGASA, maka merekalah yang merencanakan taktik dalam tim Raga.

Kedua tim kembali ke lapangan. Dengan bola di tangan guru olahraga sebagai wasit. Dan peluit yang sudah siap ditiup di mulutnya. Peluit itu dibunyikan bersamaan dengan dimulainya permainan. Bola itu di memantul kesana kemari. Mengikuti iringan dari seseorang yang menggiringnya.

Tidak jauh dari lapangan Raga melihat seseorang yang tampak tidak asing berjalan sendirian. Dengan 3 buah buku ditangannya. Rambutnya tersibak oleh hembusan angin. Sekejap perhatian Raga teralihkan. Membuatnya hilang pandangan dari bolanya.

Saat netranya acap mencari bola, ternyata bola itu telah memantul keluar lapangan dengan cepat menuju gadis yang berjalan sendirian dengan wajah tertunduk.

Tidak ada yang mampu Raga lakukan saat itu. Bola itu memantul kencang. Tidak cukup waktu untuk mengejarnya. Hanya teriakan yang mampu Raga lakukan.

"NALA AWAS!"

Bugh!

"Aww!!"

Buku ditangannya terjatuh. Tangannya memegang sebelah lengannya yang baru saja terkena bola. Dengan ringisan kecil Nala berjongkok mengambil buku-bukunya yang terjatuh.

Bersamaan dengan itu, Raga menghampiri dan ikut berjongkok di sebelahnya. Membantunya mengambil buku-buku yang tidak beraturan di bawah.

"Maaf, Na, lo nggak papa?" tanya Raga. Nala hanya mengangguk menjawabnya.

"Beneran nggak papa?" tanya Raga sekali lagi.

RAGAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang