Haiiii
Terimakasih sudah mampir di bab ini.
Klik bintang dulu biar ga lupa.Selamat baca^^
BAB 21 : LEBIH LUAS DARI LAUT KASPIA
Lautan itu luas. Dan aku mau mencintai kamu lebih dari itu.
•••
Sejak matahari belum menampakkan wujudnya. Tepatnya, sejak pukul 06.20, para anggota OSIS sudah menghuni sekolah. Sibuk mempersiapkan acara pentas seni untuk ujian praktek kelas 12.
Microphone, sound system, panggung, dan lain sebagainya dicek untuk memastikan tidak ada yang bermasalah ketika pentas seni dimulai. Kursi guru pengampu mata pelajaran seni budaya disiapkan serapih dan senyaman mungkin menghadap panggung.
Dari tahun-tahun sebelumnya, ujian praktek seni budaya selalu diadakan di tengah lapangan. Adik-adik kelas menonton dan bertepuk tangan. Lapangan dihias layaknya akan diadakan konser dadakan.
Pukul 8 semua kelas 12 sudah berkumpul dengan rombongan masing-masing. Masing-masing mengambil nomor panggung. Untuk dipanggil sesuai nomor urutnya.
Tidak ada ketentuan apapun untuk pentas seni pagi itu. Semua dibebaskan untuk menampilkan bakat apapun yang mereka bisa. Banyak dari mereka yang tampil di atas panggung menyanyikan sebuah lagu, mulai dari bernyanyi solo, duet, dan grup. Ada pula yang menampilkan drama dan tari tradisional dari berbagai macam daerah di Indonesia.
Laki-laki dengan kemeja hitam dan celana berwarna senada berdiri tak jauh dari letak panggung. Ditemani kedua temannya yang sudah siap dengan gitar dan kajonnya. Netra ketiga laki-laki itu menatap teman-teman seangkatannya yang sedang menampilkan bakat terbaiknya di atas panggung. Sambil menetralisir rasa gugup dari masing-masing. Dering notifikasi tiba-tiba memecah fokus ketiga laki-laki itu.
Sudut bibir laki-laki itu tertarik. Menciptakan sebuah senyum di wajah tegas laki-laki itu. Netranya melempar tatap pada gadis yang berdiri di lantai dua. Dengan handphone yang yang masih digenggaman, keduanya sama-sama tersenyum saling melempar tatap dari jauh.
Sang MC di atas panggung memanggil nomor urut 27. Raga beserta kedua temannya yang sudah siap dengan gitar dan kajonnya bersiap naik ke atas panggung. Raga kembali melempar tatap pada Nala yang berdiri di lantai dua. Gadis itu mengucapkan kata 'semangat' tanpa suara. Seutas senyum kembali tercipta di wajah laki-laki itu.
Kali ini, lagunya buat kamu, Na.
Dalam satu tarikan nafas, sebuah lagu berjudul Takkan Terganti dari Marshel mengalun bersamaan dengan petikan gitar dan suara kajon. Lagu yang ia tujukan untuk Nala, ia jadikan inspirasi sebagai penampilan di pentas seni.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGAKU
Teen Fiction"Jika mencari bisa saja berujung tak menemukan, maka aku akan memilih menunggu untuk ditemukan." Manusia selalu punya opininya masing-masing soal cinta. Tidak ada yang tahu kapan manusia akan jatuh cinta. Sebagian dari mereka takut untuk jatuh, seba...