BAB 48

230 14 0
                                    

Haii
Kisah Raga dan Nala masih berlanjut.
Semoga betah sampai ending ya.

Selamat baca ^^

BAB 48: KEHILANGAN

Beri dekap yang erat, untuk jiwa-jiwa yang pergi, juga yang kehilangan.

•••

Bagi sebagian orang, kehilangan adalah kesedihan paling mendalam. Menyebabkan kerinduan yang berkepanjangan yang tak punya titik sembuhnya. Mungkin tidak sebagian orang saja, tapi hampir semua manusia. Jika boleh manusia memberikan apapun yang mereka punya, manusia pasti akan memberikannya. Asal, bukan kehilangan seseorang yang punya arti penting dalam kehidupannya.

3 jam Raga menunggu tertunduk di kursi tunggu. Di balik pintu kaca bertuliskan ICU, Mamanya sedang terbaring lemah tak sadarkan diri. Maka ketika dokter memperbolehkannya untuk masuk, Raga tanpa babibu masuk menemui mamanya.

Seolah hatinya tersayat sembilu. Raga tak tahan melihat mamanya terluka di sana sini akibat hantaman batu karang. Namun Raga juga bersyukur mamanya masih diberi kesempatan untuk membuka matanya lagi.

"Mama," ucap Raga menatap sendu ke arah mamanya.

Mama laki-laki itu tampaknya kehilangan seluruh kekuatannya. Ia hanya mampu mengangguk sekilas. Tangan yang terasa dingin itu jadi yang pertama Raga sentuh.

"Raga seneng Mama selamat," ucap Raga pelan sembari mengusap lembut tangan wanita itu. Benar-benar lembut sampai-sampai ia takut jika gerakan sedikit pun bisa menyakiti mamanya.

Wanita itu tampak berusaha memberikan sesuatu dari genggaman tangannya. Raga tidak mengerti, namun ia berusaha mengerti apa yang hendak mamanya lakukan.

Ternyata secarik kertas yang sudah tak berbentuk dan sedikit basah sisa-sisa air laut. Namun masih bisa terbaca tulisan pada kertas itu. Jika bukan karena digenggam erat oleh mama Raga, mungkin kertas itu sudah ikut hanyut dan hancur bercampur air laut.

"Raga," ucap Mama pelan.

"Iya, Mama." Raga menggenggam erat tangan wanita paruh baya itu.

"Saat Mama tau jika kapal yang membawa Mama dan Papa akan tenggelam di lautan... Saat itu juga Mama tau... Baik Mama atau Papa... Tak akan ada yang selamat," Mama berucap tersendat-sendat. Dengan sisa-sisa tenaganya, ia kembali melanjutkan kalimatnya. "Mama tau, Papamu tidak terselamatkan. Maka sebuah keberuntungan Mama masih bernafas sampai saat ini."

Raga berusaha untuk tidak meneteskan air matanya. Ia tidak ingin menangis. Setidaknya, untuk saat ini, ia ingin mendengarkan mamanya berucap dengan begitu jelas di telinganya.

"Sebelum kapal itu dinyatakan tidak akan sampai ke pelabuhan, Papamu sempat memberikan kertas ini ke Mama, Papamu yang menuliskan ini untuk Mama." tangan Mama bergerak memberikan secarik kertas yang sudah hampir rusak itu kepada Raga. "Simpan ini untuk Mama, Ga. Setidaknya, simpan sampai kertas ini melebur bersama masa yang menua."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RAGAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang