BAB 18

232 25 0
                                    

Haiii
Ketemu lagi dengan Raga dan Nala
Sebelum baca klik bintang dulu

Selamat baca^^

BAB 18 : PANGGILAN KESAYANGAN

Bahkan tanpa panggilan sayang pun, gue udah sayang banget sama lo.

•••

Jarum panjang belum menyentuh pukul 7. Namun seperti biasa sekolah sudah didatangi beberapa siswa yang memang kebiasaannya berangkat pagi-pagi buta. Katanya, biar dapat tempat parkir paling depan. Atau, biar bisa wifian pagi-pagi.

Raga yang sejatinya sudah seperti murid teladan, selalu berangkat pagi. Yang mengherankan hari ini adalah kedua temannya, Lingga dan Argan, ikut-ikutan berangkat pagi. Entah kesambet apa, kedua laki-laki itu datang ke sekolah bersamaan dengan Raga.

Kedua laki-laki itu duduk sebangku di bangku belakang Raga. Setelah meletakkan tasnya, kedua laki-laki itu langsung memegang handphonenya masing-masing. Langsung memainkan game yang biasa mereka mainkan bersama.

"Raga, tumben lo nggak ke lobi?" tanya Lingga dengan tatapan yang tetap fokus pada benda pipih di tangannya.

"Iya, Ga, biasanya pagi-pagi langsung duduk di lobi sama Darmo," sambung Argan.

"Lagi pengen di kelas," jawab Raga.

Tak berselang lama terdengar pintu kelas mereka di ketuk pelan. Hal itu membuat kedua laki-laki yang sebelumnya terfokus dengan handphonenya kini menghentikan kegiatannya. Ketukan itu membuat ketiga remaja laki-laki itu menoleh ke arah pintu kelas mereka.

Seorang gadis dengan rambut yang dikepang 1 dan jepit rambut motif bunga di ujung ikatannya. Serta sebuah buku tulis dalam genggaman tangannya, berdiri tersenyum di ambang pintu.

Melihat dirinya ditatap oleh ketiga laki-laki yang ada dikelas itu, ia kemudian menganggukan kepalanya. Sedikit canggung, namun ia tetap menyapanya dengan ramah.

"Masuk, Na," ucap Raga menyuruh gadis itu masuk. Nala menurut dan langsung duduk di bangku sebelah Raga yang pemiliknya masih belum datang.

"Oh pantes tadi bilangnya lagi pengen di kelas," ucap Lingga menyindir.

"Cukup tau sih gue," ucap Argan ikutan.

Raga yang tahu jika kedua temannya itu sedang menyindirnya lantas mengabaikannya. Ia mengode Nala untuk fokus pada buku yang dibawanya.

"Mana yang lo belum ngerti?" tanya Raga.

"Gue udah banyak yang ngerti, Kak. Tapi, gue cuman mau mastiin kalo yang gue kerjain bener," jawab Nala memperlihatkan tugasnya.

Raga menatap satu persatu tulisan gadis itu. Tulisannya begitu rapih. Raga mengangguk sebagai jawaban bahwa tugas yang Nala kerjakan sudah sepenuhnya benar.

Gadis itu lantas menutup bukunya dan beranjak dari kelas itu. Tak lupa Nala mengucapkan terimakasih dan berpamitan dengan Raga serta kedua temannya itu.

Setelah kepergian dari gadis itu, kini hanya menyisakan 3 remaja laki-laki itu seperti semula. Seiring berjalannya waktu, satu persatu siswa kelas itu berdatangan. Tanpa memedulikan hal yang sedang ketiga remaja itu obrolkan.

RAGAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang