Haiiii!
Bintangnya dulu jangan lupa.Selamat baca^^
BAB 8: MANUSIA ITU TEMPATNYA KENANGAN
Sebagian perlu di simpan untuk jadi cerita. Sebagian pula perlu hilang untuk tidak diingat. Hilang atau di kenang, semua punya tempatnya yang istimewa. Karena manusia adalah tempatnya kenangan.
•••
Bel tanda istirahat telah berdenting sejak 5 menit yang lalu. Kaki jenjang itu berjalan menuju kelas 11 IPA 2. Sudah tidak heran lagi bagi warga SMAGASA perihal kedekatan laki-laki itu dengan gadis balet yang sering berlatih sendirian di sanggar tari. Karena sejak perkenalannya dengan gadis itu, berita kian menyebar bahwa ketua paskibraka itu mendekati seorang gadis balet. Bahkan kadang berita hoax yang tidak mengenakkan pun berseliweran di mana-mana.
Raga berhenti di ambang pintu. Netranya menyapu seluruh isi kelas. Namun gadis yang ia cari tidak ada di sudut kelas manapun. Dahinya berkerut dengan sebuah pertanyaan muncul dalam pikirannya. Kemana dia?
"Cari Nala, ya, Kak?" Sanji, gadis yang biasa kemana-mana bersama Nala, datang menghampiri kakak kelasnya yang berdiri di ambang pintu. Seolah tau siapa yang laki-laki itu cari.
"Oh, iya, dia kemana?" tanya Raga.
"Nala di UKS dari pagi, Kak, katanya lagi nggak enak badan," ujar Sanji.
"Nala sakit?" tanya Raga. Sanji mengangguk.
"Yaudah, makasih, ya," ucap Raga kemudian meninggalkan kelas itu.
Sebelum menuju ke UKS, ia sempatkan untuk pergi ke koprasi lebih dulu. Untuk membeli 1 bungkus roti dan s 1 kotak susu. Ia menerobos kerumunan siswa yang ramai itu. Hingga ia dapatkan 1 bungkus roti dan 1 kotak susu ia segera meninggalkan tempat ramai itu.
Kakinya berjalan tergesa menuju UKS. Melihat pintu UKS yang tidak ditutup. Dan tidak ada siapapun yang menjaganya, Raga lantas masuk. Ia hampiri Nala yang terbaring di ranjang UKS dengan mata terpejam.
Ia letakkan bawaannya di atas nakas. Tangannya menyentuh pergelangan tangan gadis itu yang terasa hangat. Dengan suara yang teramat pelan ia memanggil namanya.
"Na," panggilnya teramat pelan. Gadis itu membuka matanya perlahan.
"Kak Raga," ucapnya dengan suara serak.
Gadis itu berusaha untuk bangun walau kesusahan. Raga membantunya dengan hati-hati.
"Kok lo nggak bilang kalo lagi sakit? Harusnya lo istirahat aja di rumah. Udah minum obat?" Pertanyaan bertubi-tubi yang Raga lontarkan, namun tidak satupun yang Nala jawab.
"Kak Raga ngapain ke sini?"
Raga mengambil 1 bungkus roti dan 1 kotak susu yang ia beli di koperasi tadi. "Makan dulu ya? Lo pasti belum makan."
Raga membukakan bungkus roti itu dan memberikannya pada Nala. "Makan, Na, perut lo jangan sampai kosong."
Nala kunyah perlahan roti yang ia gigit dalam mulutnya. Hingga roti yang ia makan habis setengah.
"Na," panggil Raga. Nala menatapnya dengan mulut yang masih penuh dengan roti.
"Bilang ke gue kalau lo lagi kenapa-kenapa," ucap Raga. Netranya menatap dalam mata coklat gadis di sebelahnya. Yang hari ini dirinya diselimuti rasa khawatir jika gadis itu kenapa-kenapa. Memang benar, sejak kenalannya Raga dengan Nala, gadis itu adalah yang berbeda saat masuk ke dunianya. Sesuatu yang baru dan istimewa.
"Gue nggak kemana-mana. Nomor wa gue masih sama, lo bisa chat gue kapanpun, Na. Jadi, jangan diam aja, ya?"
"Gue mau jadi seseorang yang selalu lo panggil tiap lo butuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGAKU
Teen Fiction"Jika mencari bisa saja berujung tak menemukan, maka aku akan memilih menunggu untuk ditemukan." Manusia selalu punya opininya masing-masing soal cinta. Tidak ada yang tahu kapan manusia akan jatuh cinta. Sebagian dari mereka takut untuk jatuh, seba...