Untukmu, Nina,
Ini perihal suaraku yang kuharap kamu mendengarnya, namun terlambat untuk kusampaikan. Semoga angin membawa kalimat-kalimatku untuk sampai di sana, di tempatmu yang tak bisa kujamah meski bagaimanapun caranya.
Kau harus tau, aku mencintaimu. Bahkan hari di mana aku mengetahui bahwa kau mengidap leukimia, aku tetap mencintaimu. Juga hari di mana kamu kehilangan kekuatanmu karena sakit yang menggerogoti tubuhmu, aku tetap mencintaimu. Juga pada saat-saat kamu telah kehilangan rambutmu sepenuhnya, aku tetap mencintaimu. Kamu masih tetap cantik saat itu.
Aku menyematkan namamu pada relung hatiku. Pada satu tempat paling dalam di ujung hatiku. Karena di sanalah, semua tentangmu tersimpan rapi dann tak akan tersentuh siapapun. Karena hanya kamu yang punya kuncinya. Akan selalu ada ruang khusus yang hanya kamu pemiliknya. Hanya kamu pemegang ruang kecil itu.
Bahkan setelah kepergianmu, aku masih tetap menunggumu. Berharap bahwa kepergianmu kemarin adalah mimpi buruk. Dan aku akan terbangun untuk dipeluk olehmu. Dan kamu akan berkata "tenang, semua hanya mimpi buruk, dan aku masih di sini, bersamamu, dan akan terus bersamamu."
Entah sampai kapan aku akan menunggu. 10 tahun, 100 tahun, 1000 tahun, atau bahkan air laut surut rinduku akan semakin meluap. Berlebihan, tapi aku tak tau lagi cara mengabarimu jika aku tak sanggup membiarkan rindu ini terus berkecamuk. Aku tak bisa melakukan apa-apa. Hariku sering berjalan buruk sebab masih sering teringat olehmu.
Aku di sini, Na, di Dermaga. Tempat kita menatap senja, dulu. Ini untuk pertama kalinya aku datang lagi ke sini setelah kepergianmu kala itu. Semua masih tetap sama. Aku tak pernah lagi melewati tempat-tempat yang dulu pernah kita singgahi. Karena di sanalah bayangmu menetap.
Senja masih tetap sama, Na. Andai kamu melihatnya. Bahkan setelah 4 tahun berlalu, cahaya jingga yang tumpah menyiram bumi tak pernah berubah.
Kita pernah seasik rintik hujan yang mengguyur bumi. Hingga akhirnya kita dipisahkan sebab takdir tak pernah menuliskanmu untuk bersamaku selamanya. Pada akhirnya, selamanya memang tak pernah ada. Namun aku senang takdir menuliskanmu untuk pernah jadi milikku.
Senyummu akan tetap jadi yang terindah, Na. Mengalahkan keindahan yang dimiliki senja sore itu.
Na, kembalilah sekali lagi. Rinduku, akan selalu padamu.
Senja adalah kamu, dan aku yang mencintaimu kala itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGAKU
Teen Fiction"Jika mencari bisa saja berujung tak menemukan, maka aku akan memilih menunggu untuk ditemukan." Manusia selalu punya opininya masing-masing soal cinta. Tidak ada yang tahu kapan manusia akan jatuh cinta. Sebagian dari mereka takut untuk jatuh, seba...