Haiiii
Sebelum baca klik bintang dulu.
Bacanya pelan-pelan ya.Selamat baca^^
BAB 16 : SENANGMU HARUS SELALU ADA
Terimakasih sudah ikut serta meramaikan bumi. Semoga, sedihnya jangan sampai membaur.
•••
Terik matahari muncul menembus melalui jendela kamar, menyiram seisi ruangan bercat putih itu. Gadis dengan pakaian rapi yang membalut tubuhnya kini berdiri mematut dirinya di depan cermin. Dengan rambut yang ia gerai berhiaskan jepit berwarna kuning di sisi kanan rambutnya.
Seperti janji Raga kemarin, Nala sudah siap sebelum pukul 7. Ia menunggu Raga di teras rumah dengan keranjang rotan seperti yang ia minta. Entah akan digunakan untuk apa keranjang itu. Yang jelas Nala mengelap keranjang itu pagi-pagi buta agar terlihat lebih bersih.
Seperti yang Raga katakan kemarin, laki-laki itu datang tepat pukul 7 dengan motor andalannya. Laki-laki itu tersenyum kala membuka kaca helmnya. Dan langsung mengajak Nala untuk segera naik ke motor.
Motor itu melaju pelan, menikmati angin pagi yang berhembus bersama sinar mentari yang baru keluar dari tempat persembunyiannya. Jalanan Jakarta di Minggu pagi tetaplah ramai. Melihat kota Jakarta adalah kota yang tidak pernah tidur.
Nala menyandarkan dagunya pada bahu tegap laki-laki itu. Keduanya sama-sama menatap dari pantulan kaca spion. Sedangkan dibalik helm hitam yang dikenakan Raga, ada senyum yang bersembunyi di wajahnya. Melihat kecantikan yang tidak terdefinisikan dari pantulan kaca spion, Raga sebisa mungkin menahan tarikan kuat dari sudut bibirnya yang ingin tersenyum.
"Emangnya kita mau kemana dulu si, Kak?" tanya Nala yang masih menyandarkan dagunya di bahu Raga. Sejak kemarin ia terus bertanya-tanya untuk apa keranjang yang Raga minta dan kenapa harus jam 7 pagi.
Namun, belum sempat pertanyaan itu terjawab, motor yang dinaiki dua manusia itu lebih dulu berhenti. Nala mengerutkan keningnya melihat toko permen jadi tujuan mereka saat ini.
"Ke toko permen Kak?" Raga mengangguk dan langsung menarik pelan tangan gadis itu yang dipenuhi pertanyaan di kepalanya.
Saat pertama kali Nala menginjakkan kakinya ke dalam toko itu, pertanyaan yang semula menyesaki kepalanya seolah hilang. Digantikan dengan rasa takjub atas keindahan rumah permen itu.
"Kita beli permen buat keponakan-keponakan gue," ucap Raga menyadarkan Nala dari rasa takjubnya.
"Terus keranjangnya buat apa?" tanya Nala mengangkat keranjang rotan di tangannya.
"Buat wadah permen-permennya, lo bisa pura-pura jadi peri buat keponakan-keponakan gue nanti dengan bawa sekeranjang permen," jawab Raga sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung celananya.
"Emang rame ya, Kak?"
"Rame banget,"
"Beneran, Kak?"
"Beneran dong! Ayo, lo yang pilih permennya ya,"
"Oke!"
Gadis itu dengan semangatnya mengitari rak-rak yang dipenuhi dengan toples-toples yang penuh dengan permen. Toko itu bisa jadi surga permen bagi orang-orang pecinta permen terutama anak-anak. Nala memasukkan beberapa permen ke dalam keranjang hingga keranjang di tangannya itu penuh dengan aneka macam permen.
Seusai memenuhi pembayaran sekeranjang permen di kasir, Raga dan Nala melangkahkan kakinya keluar dari rumah permen itu. Mendudukkan dirinya di kursi panjang depan toko.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGAKU
Teen Fiction"Jika mencari bisa saja berujung tak menemukan, maka aku akan memilih menunggu untuk ditemukan." Manusia selalu punya opininya masing-masing soal cinta. Tidak ada yang tahu kapan manusia akan jatuh cinta. Sebagian dari mereka takut untuk jatuh, seba...