09.••• SELAMAT MEMBACA •••
🍂
Jam sudah menunjukan pukul 16.00 , Gavin baru saja sampai di rumah besar nya. Saat ini Ia benar benar merasa bahagia , apa yang Zee katakan padanya di sekolah berhasil membuatnya kembali memiliki harapan untuk terus mengejar cinta Zee.
Ia pun berniat untuk membelikan Zee sebuah hadiah, untuk sekedar ucapan terimakasih nya karna ia sudah memberikan harapan yang begitu besar kepadanya. Namun saat Gavin melihat isi dompetnya, uang cash nya sudah tak tersedia. Mengingat beberapa hari yang lalu ia membayar makanan teman sekelasnya karna ulah Bayu, dan tadi pun ia mentraktir teman teman nya untuk makan siang. Dan kini uang nya pun hanya tersisa seratus ribu.
Tak mau ambil pusing Gavin pun segera berjalan menuju sebuah nakas di dalam kamarnya, ia membuka sebuah kotak hitam dari dalam laci dan melihat di sana ada 2 credit card dan 1 black card miliknya.
Gavin menatap kartu itu dengan tatapan kosong, ia seperti tak lagi ingin memakan uang dari kedua orangtua palsunya itu. Ia cukup kecewa, karna selepas kejadian di malam itu orang tuanya masih bersikap seolah olah tak terjadi apa apa. Mereka terus bersandiwara membuat Gavin pun harus melakukan hal itu kepada mereka.
"Cukup untuk hari ini Gavin, kau bersandiwara cukup baik " Gumam Gavin tersenyum simpul ke pantulan wajah tampan nya dalam cermin, lalu kembali memasukan kartu kartu itu dan menutup laci dengan cukup kencang.
"Ingat!! saat kau sendiri kau bukan Gavin lagi, tapi___"
"Radiva!! " Lanjutnya masih menatap wajah nya dalam cermin.
"Jadi hilangkan senyuman Gavin, sebelum bayangan Radiva melihat itu" Ujar nya masih berbicara dengan dirinya sendiri sembari menatap wajah nya tajam.
Setelah ia mengetahui kebenaran kedua orangtuanya pada malam itu, ia menangis dan meratapi kekecewaannya terhadap orang tuanya. Ia benar benar kecewa karna mereka seolah tak ingin memberitahu kebenaran lainnya tentang keluarga Gavin yang sebenarnya. Saat itu Gavin bertekad untuk menemukan semua kebenarannya sendirian, dan akan bersikap seolah semua baik baik saja, dengan ia bersandiwara seperti orangtua palsunya itu, mungkin ia akan menemukan apa yang ia cari nantinya.
_________
Malam itu hujan turun cukup deras, membuat Gavin pun ingin sekali melihat tetes hujan yang selalu ia lihat jika hujan sedang turun. Setelah ia membersihkan badannya dan mengganti pakaian nya, ia pun segera pergi mendekati jendela kamar nya. Ia melihat air hujan yang turun begitu deras. Gavin tak bisa mencium aroma hujan karna ia hanya bisa melihat nya dari dalam kamar, namun meski begitu ia tetap menikmati ketenangan nya itu.
Beberapa saat berlalu, saat Gavin masih menatap turunnya air hujan. Pintu kamar nya beberapa kali di ketuk, membuat Gavin pun menoleh ke arah pintu.
"Siapa?" Tanya Gavin sedikit berteriak masih menatap pintu kamarnya.
"Mama Vin" Jawab orang dari balik pintu yang ternyata adalah mama Siren, yaitu mama palsunya.
Gavin pun menghela nafas kasar, mau tak mau ia harus terus bersandiwara di hadapan mereka. Gavin pun berjalan menghampiri pintu dan segera membukanya.
"Ini tugasmu Gavin" Gumam Gavin dalam hati saat ia sudah membuka pintu kamarnya.
"Malam Mam, tumben ke kamar Gavin ada apa?" Tanya Gavin dengan raut wajah seperti biasa nya, jika kalian bisa melihat. Gavin yang tadi tengah menatap hujan sangatlah berbeda dengan Gavin yang saat ini tengah tersenyum manis ke arah wanita yang berdiri di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGGUNG SANDIWARA [TERBIT]
Teen Fiction[SELESAI] Ini hanya sebuah kisah tentang seorang pria yang menyukai bau hujan dan embun pagi. Tentang dia, yang menuntut kebahagiaan disaat ia hanya mampu membahagiakan. Tentang pria yang begitu hangat, hingga mampu membuat dirinya banyak disukai...