BERJALAN

23 13 0
                                    

16.

••• SELAMAT MEMBACA •••

🍂

Setelah Zee mengobati luka Gavin, Gavin pun segera berpamitan kepada teman teman nya dan juga kepada Zee. Ia segera menghampiri orang tuanya yang sudah menunggunya. Papah Prans memerintahkan supir untuk membawa motor Gavin pulang , dan Gavin pulang dengan mobil mereka.

"Sakit?" Mama Siren yang duduk di belakang bersama dengan Gavin pun mengelus wajah tampan sang anak yang kini sedang terluka.

Gavin menggelengkan kepalanya sembari tersenyum kecil tanda bahwa ia tak apa apa.

"Kenapa kamu memukul nya Gavin?" Kini Papah Prans yang berbicara, namun masih fokus mengemudi. Gavin menelan saliva saat melihat sang Papah yang sepertinya kecewa dengan nya. Karna baru kali ini ia melakukan kesalahan yang cukup fatal disekolah.

"Gavin emosi Pah." Jawab Gavin yang menundukan pandangannya sembari menyandarkan tubuhnya, Mama Siren yang duduk di samping Gavin pun mengelus lengan sang anak lembut.

"Udahlah sayang, Gavin ngelakuin itu kan karna ngebela temennya" Kini Mama Siren membela Gavin, seperti biasa sejak kecil pun jika Gavin melakukan kesalahan makan Mama Siren akan maju paling depan untuk menolongnya.

"Kamu tuh terlalu manjain Gavin, coba sesekali marahin dia kalo dia salah"

"Ya kan kalo salah, sekarang kan Gavin lagi gak salah Pah. Jadi Mama bela Gavin lah" Mama Siren mengelus surai Gavin lembut sembari tersenyum ke arah nya.

"Maaf Pah, Gavin gak akan bikin ulah lagi setelah ini " Gavin masih menundukan kepalanya seperti merajuk kepada kedua orangtuanya. Membuat Mama Siren dan juga Papah Prans tak akan bisa marah terlalu lama kepada nya jika Gavin sudah bersikap seperti itu.

Akhirnya mereka pun saling berbincang dan bercanda didalam mobil, hingga Gavin pun tersadar apakah dua orang ini benar bukan kedua orangtuanya? Dia semakin kalut dalam pikirannya, ia menyesal harus mengetahui fakta bahwa mereka memang bukanlah orangtua kandungnya. Namun tak bisa Gavin elak bahwa ia benar benar menyayangi Prans dan Siren, terlebih sikap mereka yang selalu memperlakukan Gavin dengan baik.

Selama 19 tahun ia hidup dengan mereka, tak pernah Gavin merasa bahwa ia bukan anak mereka. Gavin selalu dicintai, diperhatikan dan diberikan semua kebahagiaan didunia ini oleh mereka. Lalu apa itu semua hanyalah sandiwara? Apakah hatinya sedang dipermainkan disini. Jujur Gavin merasa menyesal karna mengetahui yang sebenarnya, akan lebih baik ia tak pernah mengetahui kebenaran pahit ini, itu kata batinnya.

*   *   *

"Baru pulang kamu?!" Tanya seorang wanita yang tengah duduk di ruang tamu, saat Zeeana baru saja masuk kedalam rumahnya.

"Hmm...." Zee hanya menjawabnya dengan deheman, lalu terus berjalan menuju kamarnya.

" Zeeana!!" Panggil wanita yang tak lain adalah bibi dari Zee yang bernama Maura.
Zee menghentikan langkahnya, lalu kembali menoleh ke arah bibinya itu.

"Kenapa kau kembali aktif dalam basket hm? " Pertanyaan itu muncul di iringi sang bibi yang kini sudah berjalan dan berdiri di hadapannya.

"Apa masalah?" Zee menatap netra sang Bibi tajam, ia memang tak segan untuk melawan bibinya itu jika ia ingin.

"Jangan membantah, kau perempuan bersikaplah seperti perempuan. Jangan berlebihan, sampai sampai harus kembali ke tim basket mu" Bibinya kembali membahas masalah ini, padahal Zee sudah benar benar muak mendengarnya.

PANGGUNG SANDIWARA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang