17.
••• SELAMAT MEMBACA •••
🍂
Zee kini sudah sampai di sebuah rumah yang sederhana. Rumah itu terbilang cukup kecil, namun terlihat sangat nyaman, terlebih di luar rumah tersebut terdapat berbagai macam jenis bunga yang begitu indah tersorot cahaya bulan dimalam hari.
Ya dimalam hari, karna saat ini hari sudah malam. Rumah itu cukup jauh dari rumah Zee namun lumayan dekat dari sekolahnya, jika ia tinggal disana itu akan memudahkannya karna tak perlu bangun terlalu pagi untuk mengejar waktu agar tak terlambat sekolah.
Berhubung mobilnya tak bisa masuk ke area pekarangan rumah itu, Zee pun akhirnya memarkirkan mobilnya di depan rumah itu tepat di bawah pohon yang cukup rindang disana. Setelah Zee merasa mobilnya akan aman berada disitu, ia pun segera turun dan berjalan menuju rumah tersebut.
Zee membuka pagar yang setinggi panggulnya, pagar itu terbuat dari bambu dan di cat dengan warna hijau. Zee tak melihat perubahan dari rumah itu, terakhir kali ia datang kesini adalah dihari ulang tahun sahabatnya yang waktu itu genap berusia 17 tahun. Acara ulang tahun nya tak begitu mewah, mengingat wanita yang mengangkatnya sebagai anak adalah wanita yang sederhana.
Tok.. Tokk...
"Permisi." Zee mengetuk pintu saat ia sudah berada di depan pintu rumah itu.
Tak ada jawaban sampai saat Zee akan kembali mengetuk pintunya, pintu pun terbuka dan menampilkan wajah wanita setengah baya yang masih terlihat sangat cantik dan muda.
"Zeeana?" Wanita itu tersenyum saat melihat Zee yang kini juga tersenyum ke arahnya.
"Bunda, Zee kangenn.... "Tanpa berbasa basi lagi Zeeana langsung memeluk wanita yang biasa ia panggil dengan sebutan bunda itu, cukup erat.
Bunda Diana namanya. Wanita yang menyelamatkan nyawa sahabat Zee pada malam dimana ia akan mengakhiri hidupnya. Bunda Diana adalah sosok malaikat bagi Zee dan juga sahabatnya, karna mereka yang sama sama tak lagi memiliki sosok ibu di sampingnya, tiba tiba kembali merasakan kehangatan sosok seorang ibu saat datang Bunda Diana di kehidupan mereka.
"Kemana saja kamu, kenapa jarang kesini hmm?" Bunda Diana melepas pelukan nya, sembari mengelus surai lembut Zee.
"Maaf bunda, Zee agak sibuk sekolah sekarang"
Bunda Diana mengerti, ia pun mengulum senyum sampai akhirnya fokus nya teraalihkan saat melihat Zee membawa sebuah koper dibelakangnya.
"Kamu kembali kabur dari rumah Zee?" Tanpa harus Zee katakan, bunda Diana sudah bisa menebak maksud dan kedatangannya kerumah nya ini.
Zee hanya menampilkan deretan gigi rapih nya, sembari menganggukan kepalanya. Bunda Diana hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum kecil.
"Masuklah, Lusiana pasti senang jika tau kamu mengunjunginya" Bunda Diana meraih bahu Zee dengan senyum yang tak pudar dari bibirnya. Zee mengagguk lalu segera masuk bersamaan dengan bunda Diana yang merangkulnya.
" Dimana anak angkuh itu bun?" Tanya Zee saat ia sudah berada di dalam rumah sederhananya, namun ia tak melihat Sosok sahabatnya disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGGUNG SANDIWARA [TERBIT]
Teen Fiction[SELESAI] Ini hanya sebuah kisah tentang seorang pria yang menyukai bau hujan dan embun pagi. Tentang dia, yang menuntut kebahagiaan disaat ia hanya mampu membahagiakan. Tentang pria yang begitu hangat, hingga mampu membuat dirinya banyak disukai...