24.
••• SELAMAT MEMBACA •••
🍂
Hari terus berlalu, kini sisa 2 hari lagi Gavin harus kembali ke sekolah. Ia masih belum menemukan kebenaran lain setelah ia datang ke kuburan ayah kandungnya. Sebenarnya Gavin pun belum menemukan cara untuk mencari tau kebenaran itu, karna sejujurnya akhir akhir ini Prans dan Siren masih bersikap biasa saja. Tak ada gerak gerik mencurigakan yang membuat Gavin harus mengusut nya.
Malam ini mungkin akan menjadi kesempatan baginya untuk mencari tau hal lain. Mengingat, malam ini Prans dan Siren memerintahkan nya untuk mengajak Monica jalan jalan. Mungkin akan lebih baik jika ia menerima saran Prans dan Siren, namun bukan untuk berjalan jalan. Tapi untuk mendiskusikan langkah apa yang akan mereka ambil setelah ini.
Gavin berjalan keluar kamarnya, sore itu ia akan pergi ke apartemen dan menemui Laskar untuk membantunya bekerja. Laskar memang bekerja paru waktu setiap pulang sekolah, ia melakukan itu semenjak ayahnya meninggal. Mau tak mau ia harus bekerja meski ibunya masih membiayainya sekolah, namun ia tak ingin menjadi beban bagi sang ibu yang memang masih belum bisa menerima nya kembali.
"Mau kemana sayang?" Tanya Siren yang baru saja keluar dari area dapur sembari membawa secangkir coklat panas untuk Gavin, mengingat itu adalah minuman kesukaan nya saat hujan turun seperti saat ini.
"Gavin mau ke tempat Laskar Mam, gak papa kan?" Jawab Gavin yang kini sudah berada di hadapan Siren
"Gak papa, tapi jangan lupa nanti malem ya?" Ujar Siren mengingatkan Gavin agar ia tak lupa untuk mengajak Monica jalan jalan.
"Siap, Gavin gakan lupa mam" Jawab Gavin mengukir senyumnya.
"Ya udah ini minum dulu sebelum keluar, diluar lagi hujan. Ini bisa bikin tubuh kamu anget" Ujar Siren sembari menyodorkan segelas coklat panas ke arah Gavin.
Dengan senyuman yang tak pudar dari bibirnya, Gavin pun mengambil gelas yang Siren berikan dan mulai menyeruput minuman coklat kesukaan nya.
"Makasih Mam" Gavin kembali memberikan gelas yang masih terisi minuman coklat cukup banyak, karena Gavin hanya meminum nya sedikit. Mengingat minuman itu masih terasa sangat panas di lidahnya.
"Hati hati ya, jangan ngebut bawa mobilnya" Ucap Siren mengusap lembut pipi Gavin, Gavin pun mengangguk dengan senyuman nya yang tak luntur sama sekali
"Kalo gitu Gavin pergi Mam, byee" Gavin pun segera pergi setelah ia mencium pipi Siren sekilas, ia melakukan itu hanya sebagai formalitas saja. Sejujurnya ia tak lagi sudi mencium pipi wanita itu, jika bukan karna ia harus menjadi Gavin, ia lebih memilih untuk mengakhiri sandiwara yang sudah membuatnya muak itu.
Beberapa saat berlalu, mobil Gavin kini sudah terparkir di basement apartement nya. Gavin segera turun dari mobil dan segera berjalan menaiki lift untuk menuju lantai 6 , dimana apartement miliknya dan apartement milik Laskar berada.
Tring'
Pintu lift terbuka, kini Gavin sudah berada di lantai 6 dan segera berjalan menuju apartement nya. Saat di perjalanan menuju unit apart nya, sudut mata kiri Gavin menangkap seseorang yang sepertinya tengah memperhatikan nya. Gavin sejujurnya tak peduli, mungkin itu hanya penghuni unit yang iseng memperhatikan nya. Namun lama kelamaan orang itu semakin detail memperhatikan dirinya yang kini masih melanjutkan langkahnya, jujur saja Gavin merasa tak suka ada yang mengintai nya seperti itu. Ia tak suka ada orang yang tertarik padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGGUNG SANDIWARA [TERBIT]
Ficção Adolescente[SELESAI] Ini hanya sebuah kisah tentang seorang pria yang menyukai bau hujan dan embun pagi. Tentang dia, yang menuntut kebahagiaan disaat ia hanya mampu membahagiakan. Tentang pria yang begitu hangat, hingga mampu membuat dirinya banyak disukai...