18.
••• SELAMAT MEMBACA •••
🍂
Gavin membuka matanya saat merasakan matahari pagi menyorot wajah tampannya. Gavin tak sadar ternyata semalaman ia menangis sampai tertidur di lantai dengan kepala yang ia sandarkan di sofa. Perlahan Gavin berdiri dan melihat Jam yang berada di atas nakasnya, ternyata waktu sudah menunjukan pukul 07.15. Hampir saja ia terkejut mengingat bahwa ia harus sekolah dan pasti akan terlambat lagi, namun ia pun kembali tersadar bahwa sekarang ia sedang di skors oleh sekolah sampai minggu kedepan.
Baguslah Gavin merasa sedikit senang karna ia bisa menghabiskan waktu dikamarnya sepuas yang ia inginkan.
Tokk tokk..
Tiba tiba saat Gavin kembali ke tempat tidur dan menggulung tubuhnya dengan selimut, karna ia berniat akan kembali melanjutkan tidurnya setelah mengingat bahwa sekarang ia tak akan pergi ke sekolah. Ia mendengar pintunya diketuk dan mendapati seseorang memanggilnya di balik pintu itu.
" Sayang, kamu belum bangun nak. Ayo bangun kita harus sarapan"
Gavin menatap pintu kamarnya, ia mendengar suara Mama Siren yang memanggilnya. Sesaat ia kembali teringat ucapan Mama Siren dibelakangnya, sangat berbeda bukan, dengan yang ia katakan pagi ini.
" Gavin...." Mama Siren kembali mengetuk pintu kamar Gavin saat tak ada jawaban dari nya.
"Hmm, iya Mam. Bentar lagi Gavin turun" Jawab Gavin tanpa turun dari atas kasurnya.
"Ya udah jangan lama sayang, ini udah siang hmm"
" Iya Mam"
Setelah Gavin mendengar langkah Mama Siren yang meninggalkan kamarnya, ia pun menghela nafas gusar. Entah apa yang ia rasakan saat ini, rasanya benar benar aneh, ia merasa canggung dan merasa kesal. Ia juga merasa marah dan kecewa, bagaimana ini, ia harus tetap bersandiwara dihadapan mereka, meski ia masih belum menerima semua kebenaran yang mengatakan bahwa mereka benar benar hanya pura pura menyayanginya.
.
.
.Kini Gavin dan kedua orang tuanya tengah menyantap sarapan pagi mereka, beberapa saat lalu Gavin yang masih mempersiapkan dirinya untuk bersandiwara di dalam kamar pun. Memutuskan untuk keluar dan menjalankan perannya sebagai anak yang ceria, baik, penurut, penuh warna dan lucu, tentu saja ia harus melakukan hal itu.
"Luka mu masih sakit sayang?" Mama Siren menuangkan air putih kedalam gelas milik Gavin, sembari menatap sang anak tulus.
Wah, dia benar benar menjalankan perannya dengan baik bukan?
"Ia Mam, udah lumayan. Soalnya kemaren langsung diobatin sama temen Gavin" Gavin tersenyum manis kepada kedua orang tuanya. Prans dan Siren hanya tersenyum sembari menganggukan kepala mereka.
"Jangan mukul orang lagi ya, Mama gak mau liat wajah tampan anak Mama ini babak belur lagi" Mama Siren mengelus lembut wajah Gavin
"Siapp laksanakan " Gavin terkekeh sembari menaruh lengannya di dahi, layaknya tengah hormat kepada Mama Siren. Prans dan Siren hanya tertawa kecil, melihat wajah lucu Gavin, Gavin pun tertawa dan kembali menurunkan lengannya.
Jika orang lain melihat interaksi keluarga kecil ini, mereka pasti akan mengira bahwa mereka adalah keluarga yang sangat bahagia. Mama Siren memperhatikan makanan Gavin, mengambilkan makanan yang Gavin inginkan, melayani Prans. Di sela sela makan terkadang mereka saling melempar pujian satu sama lain, atau pun Gavin yang selalu mengeluarkan guyonan dan candaan nya, membuat Prans dan Siren tertawa mendengarnya. Sangat bahagia benar benar harmonis.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGGUNG SANDIWARA [TERBIT]
Novela Juvenil[SELESAI] Ini hanya sebuah kisah tentang seorang pria yang menyukai bau hujan dan embun pagi. Tentang dia, yang menuntut kebahagiaan disaat ia hanya mampu membahagiakan. Tentang pria yang begitu hangat, hingga mampu membuat dirinya banyak disukai...