29.
••• SELAMAT MEMBACA •••
🍂
"Bentar bentar. Jadi tante Siren sama Om Prans itu buka orang tua lo, tapi orang tuanya Monica?" Laskar yang baru saja mendengarkan semua ucapan Gavin pun terkejut bukan main, ia masih bingung bagaimana bisa kedua orang tua Gavin yang terlihat begitu sayang kepada Gavin, ternyata mereka bukanlah orang tua kandung nya.
Gavin hanya mengangguk sembari kembali menuangkan minuman beralkohol kedalam gelasnya. Yaa selama ia bercerita dengan Laskar ia di temani oleh minuman haram yang seharusnya tak ia minum. Satu botol sudah habis dan kini botol kedua pun sudah di tenggak habis oleh Gavin. Laskar tak bisa melarang sahabat nya itu, ia hanya mendengarkan sembari sesekali ia pun meminum minuman yang Gavin tuangkan kedalam gelasnya.
"Selama ini gue ditipu Kar, mereka mainin perasaan gue."
"Sembilan belas tahun kar__"
"Sembilan belas tahun, gue di jadiin tokoh utama dalam sandiwara mereka. Apa gak ada rasa sayang yang tumbuh selama mereka ngebesarin gue Kar?"
"Apa gak bisa mereka sayang ke gue sepenuh hati mereka, tanpa mau ngambil apa apa dari gue? Bisa gak gue minta mereka jangan pura pura kar, gue nya sakitt" Ucapan nya bergetar, ia menangis sembari menundukan kepalanya. Laskar bisa melihat kedua bahu Gavin bergetar karna pria itu menangis, Laskar pun ikut merasakan sakit dikala sang sahabat menderita seperti saat ini.
"Vin lo percaya? Tuhan ada itu buat nolong lo, lo tinggal percaya sama Tuhan lo itu" Laskar yang tengah duduk di hadapan Gavin pun menepuk bahu Gavin dan mencoba menenangkan nya.
Gavin tersenyum kecil sembari mengangkat pandangan nya, tangan nya ia gunakan untuk mengusap air mata yang sudah membanjiri pipinya.
"Gatau kar, tiba tiba gue ragu sama Tuhan gue. Gue benci sama dunia yang udah dia kasih ke gue" Laskar menggelengkan kepalanya saat Gavin mengatakan itu, ia meraih kedua bahu Gavin sembari menatap nya kuat.
"Lo Gavin Radiva labib radeya kan? Temen gue yang gak pernah takut sama dunia, bahkan seisinya. Inget apa yang selalu lo bilang sama Laskar Vin?" Laskar menggantung kalimatnya sembari masih menatap mata Gavin yang masih berair.
"Laskar, dunia adalah panggung sandiwara terbaik. Semua orang bersandiwara untuk mendapatkan kebahagiaan mereka, lo bukan satu satunya orang yang disakiti dunia. Banyak orang yang juga punya luka, tapi mereka mampu menutupinya. Banyak yang juga mau bahagia, lo gak sendiri Laskar" Ujar Laskar mengulangi kalimat Gavin disaat ia kehilangan ayah nya 2 tahun yang lalu.
Gavin terdiam, air matanya kembali terjatuh. Entah siapa yang dahulu mengatakan hal itu padanya, namun kata kata yang dulu ia berikan untuk Laskar, Kini ia pun bisa merasakan apa yang saat itu mungkin Laskar rasakan.
"Lo gak sendiri Vin. Gue, Bayu, Tio. Kita temen lo kan? Bagi luka lo, kita tanggung bareng bareng. Biar gak terlalu berat dipundak lo" Lanjut Laskar menepuk kedua pundak Gavin sedikit bertenaga, agar bisa menyadarkan sahabatnya yang saat ini masih terdiam, entah apa yang ia pikirkan, namun Laskar berharap Gavin bisa mengerti dengan apa yang coba Laskar sampaikan.
Gavin kembali mengusap air matanya cukup kasar ia pun meraih gelas yang masih terisi oleh minuman keras yang tadi ia tuangkan, ia pun kembali menenggak habis isi gelas tersebut. Laskar yang sudah melepaskan kedua lengan nya dari pundak Gavin pun hanya bisa memperhatikan sahabat nya itu, ini memang sulit bagi Gavin, luka yang ia miliki lebih sakit dari lukanya. Laskar bisa mengerti jika Gavin kini membenci dunia yang dahulu ia puja puja, Laskar pun mengerti mengapa Gavin ragu akan Tuhan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGGUNG SANDIWARA [TERBIT]
Novela Juvenil[SELESAI] Ini hanya sebuah kisah tentang seorang pria yang menyukai bau hujan dan embun pagi. Tentang dia, yang menuntut kebahagiaan disaat ia hanya mampu membahagiakan. Tentang pria yang begitu hangat, hingga mampu membuat dirinya banyak disukai...