23.
••• SELAMAT MEMBACA •••
🍂
Tanpa disadari hari sudah menjelang petang, Gavin yang tertidur di atas pusara sang ayah pun terbangun saat seseorang membangunkan nya.
"Tuan, bangun tuan" Pria paru baya yang membawa cangkul di tangan kirinya mengguncang pundak Gavin, hingga membuat Gavin pun mengangkat kepalanya.
"Anda tidak apa apa tuan?" Pria paru baya itu menatap Gavin khawatir, membuat Gavin menggelengkan kepalanya.
"Ahh gak pak, kayaknya tadi saya ketiduran. Makasih pak udah bangunin saya" Gavin berdiri dari duduknya sembari membersihkan tanah yang berada di celananya.
"Sama sama. Tadi saya lewat sini, terus gak sengaja liat aden, bapak kira teh kamu pingsan" Pria itu berbicara dengan logat sundanya, sembari tersenyum ramah.
Gavin pun menggaruk tengkuk nya sembari tersenyum kecil. "Iya maaf Pak"
"Tidak apa, sudah sana pulang. Ini teh udah mau malem, sieun kalo masih di kuburan jam segini" Ujar pria itu.
"Iya Pak, sekali lagi nuhun nya pak" Gavin menarik pelan lengan pria itu lalu mencium tangan nya.
"Assalamu'alaikum pak" Lanjut Gavin setelah salim kepada pria itu, lalu tersenyum kecil.
"Waalaikumsalam" Jawab pria itu yang membalas senyuman Gavin, lalu Gavin pun segera pergi dari hadapan pria itu.
"Sopan pisan budak teh, karunya abis nangis jigana mah. Untung tadi ada yang ngasih tau saya kalo ada yang ketiduran ceunah disini. Maaf kasep, bapak bohong tadi" Pria paru baya itu menatap punggung Gavin yang semakin lama semakin menjauh.
.
.
Ckleak..
"Zee pulangg"
Zeeana baru saja pulang dari kerja paru waktunya. Setelah pulang sekolah, ia tak langsung pulang kerumah karna harus bekerja di toko bunga untuk membantu teman nya.
Saat Zee baru saja masuk kedalam rumah, ia terkejut saat melihat Bunda Diana yang tengah menangis dengan Lusi yang memenangkan nya.
"Lusi, bunda kenapa?" Dengan wajah khawatir nya, Zee pun langsung menghampiri bunda Diana dan memeluknya
"Tadi pas pulang sekolah gue ke pasar buat jemput bunda, gue gatau kalo bunda ternyata punya utang Zee. Ada rentenir yang nagih hutang dan ngacak ngacak dagangan bunda, bunda juga dipukul Zee, gue telat dateng kesana. Coba kalo gue gak telat, udah gue abisin tuh rentenir" Jelas Lusi dengan wajah menyesalnya.
"Sialan, berani banget mereka mukul bunda. Bunda jangan khawatir, aku bakal cari para berandal itu" Zee mengepalkan tangannya, ia tak bercanda dengan ucapan nya itu.
"Udah Zee, gak papa. Bunda gak papa, bunda nangis cuman bunda lagi sedih aja" Bunda Diana yang masih duduk pun mengangkat pandangannya menatap Zee yang sudah melepas pelukannya.
Zee pun duduk di samping bunda Diana, yang mengusap sisa air matanya.
"Bunda beneran gak papa?" Tanya Zee menatap bunda Diana sembari memegang tangan bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGGUNG SANDIWARA [TERBIT]
Fiksi Remaja[SELESAI] Ini hanya sebuah kisah tentang seorang pria yang menyukai bau hujan dan embun pagi. Tentang dia, yang menuntut kebahagiaan disaat ia hanya mampu membahagiakan. Tentang pria yang begitu hangat, hingga mampu membuat dirinya banyak disukai...