[21] "Kebangkitan Spiritualist"

5.3K 982 96
                                    

"Nasib sial itu memang sudah jadi jalannya antagonis, ya?" Cale mengembuskan napas tak berdaya.

Netra coklatnya tak melepas atensi sedetik pun dari monster cheetah bersisik merah. Sebagaimana monster predator itu mengawasi tingkah lakunya, dia juga melakukan yang serupa. Menjadi mangsa tidak membuatnya meringkuk takut. Cale menemukan bahwa ada sesuatu yang sepertinya membuat monster itu tak bergegas menerkamnya. Cale menurunkan pandangan pada jam saku kuno yang berada dalam genggamannya.

"Tampaknya kamu punya sedikit kecerdasan. Apa kamu bisa merasakan ada kekuatan Roh yang kuat dari jam ini?"

Beberapa monster jenis tertentu memiliki afinitas pada Roh, mereka mampu merasakan eksistensi supranatural dan cenderung tunduk pada kekuatan Roh yang lebih mendominasi, nyaris seperti naluri bawaan mereka untuk tak mengusik keberadaan luar biasa yang konon mampu menentang hukum alam.

Kewaspadaan monster itu tidak lekas membuat Cale dapat tenang. Dia memindahkan jam saku itu ke tangan kiri lantas menarik sebuah belati di tangan kanan. Belati ini adalah salah satu barang yang ditawarkan sebagai bonus oleh Pengoleksi padanya walau tetap berakhir dibeli oleh Cale. Senjata yang konon ditempa oleh seorang dwarf pandai besi yang berbakat. Ketajamannya bisa menembus armor besi monster beruang salju di Utara berperingkat atas dan merupakan salah satu senjata yang akan membuat para assassins tergiur.

"Aku tidak suka ini."

Tidak ada yang Cale bisa andalkan selain dirinya sendiri. Dia menggenggam erat jam saku di tangan kirinya lantas di detik monster cheetah bergegas ke arahnya, anak laki-laki itu tak ragu berkelit lewat refleks naluri yang cepat dan mengayunkan belatinya di saat yang bersamaan untuk menusuk kaki monster.

Belati itu tidak memberi luka dalam tapi berhasil sedikit menggores sisiknya dan membuat celah luka tipis. Cale menyeringai menyaksikannya, setidaknya itu bukan kebohongan dan bualan jika belati ini berguna. Dia hanya perlu memotong dan menyerang lebih keras untuk merobek sisik kuat itu. Tekadnya untuk bertahan hidup melampaui segala keinginan yang pernah dikerahkannya.

Monster cheetah tak menyangka bahwa mangsanya yang seolah tanpa daya dan serupa mangsa lalu yang telah dihabisinya, rupanya bisa menggoreskan luka. Monster itu menggeram marah dan kecepatannya spontan meningkat. Semuanya berlangsung sangat cepat. Cale tak mampu menghindar dengan mudah kali ini. Salah satu area bahu ke lengan kiri atasnya mendapatkan cakaran yang mengirim rasa sakit luar biasa.

Memang mustahil baginya yang tak punya kekuatan apa-apa untuk berusaha melawan.

Namun, anak laki-laki itu tidak menyerah. Ketika monster itu mencoba menerkamnya sekali lagi, dia mengangkat tangan dan dengan berani mengincar leher monster itu.

Dia tak akan pernah mati tanpa perlawanan apa pun.

"Aku akan bertahan dan menjadi lebih kuat."

Tekad merambat memenuhi hatinya.

Kelemahannya tidak mengizinkannya untuk jatuh pada takdir.

Dia harus tetap hidup dan melindungi semua orang yang berarti baginya.

Mengikuti tekadnya untuk bertahan, jam saku yang tak pernah meninggalkan tangannya kembali berdetik.

Di detik monster itu berusaha menerkamnya, sebuah pelindung aura terbentuk dan mementalkan monster itu menjauh.

Cale terkesiap.

Dia menundukkan pandangan, menyaksikan jam saku yang dilumuri darahnya sendiri.

Jarum jam yang mulai berdetik perlahan menuju angka dua belas.

Cale merasakan ada kekuatan tak kasat mata yang ikut mengalir ke tubuhnya.

Akhirnya dia bisa merasakan keberadaannya.

[BL] The Bride of Crown Prince (AlCale)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang