[73] "Pertikaian dan Dominasi"

3.7K 622 82
                                    

Meski Cale diliputi cemas, dia segera dapat meredamnya. Cale percaya senior itu tidak akan melukainya. Perjalanan masih panjang dan ada Profesor Sayeru yang memimpin. Cale sangat yakin profesornya tidak akan membuat murid kecil yang lemah ini ditindas begitu saja. Terlebih, tujuan mereka adalah Wilayah Henituse.

Cale dengan tenang memberi anggukan mengerti pada seniornya dan setelahnya dia tidak lagi melakukan banyak gerakan. Anak itu mulai duduk bersandar lebih santai. Alih-alih, Cale perlahan mencari berbagai sisi positif. Misalnya, duduk bersama senior ini tidak akan lebih buruk dibanding duduk di dalam gerbong yang diisi Alver dan Adin.

Benar saja, setelah beberapa menit, senior itu mulai membuka sebuah buku dan membaca dalam diam. Di dalam kereta yang hanya diisi suara lembaran buku yang dibalik, Cale lambat laun jatuh dalam lelap. Dia tertidur dengan kepala yang bersandar ke jendela.

Di waktu lain dia terbangun, Cale merasakan lehernya sedikit pegal sebelum menyadari jika kereta sudah berhenti. Anak itu mengusap matanya sembari bergumam lirih, "Jam berapa ini?"

Di luar dugaan, ada jawaban yang datang. "Pukul lima sore."

Cale menoleh ke depan, mendapati pemuda berambut biru di hadapannya. Senior itu kini tak lagi memegang buku tetapi bersidekap sembari memandangnya lekat.

"Kamu melewatkan sarapan dan makan siang," ujarnya terdengar tidak percaya. "Bagaimana bisa kamu tertidur begitu pulas?"

Jalanan yang mereka lalui memang mulus tapi masih tak cukup nyaman karena roda kereta yang bergerak atau sebab suara bising dari luar. Belum lagi ada waktu ketika pengawas datang membagikan makanan langsung ke dalam kereta melalui jendela. Luar biasanya, tidak sekali pun anak laki-laki itu tampak terganggu.

Tadinya, dia berpikir bocah spiritualist ini tidak butuh dibangunkan. Pasti akan bangun sendiri karena merasa lapar tapi sampai sore, matanya masih terpejam erat. Dia bahkan curiga apa anak itu tertidur atau sedang pingsan.

"Pantas saja aku lapar," gumam Cale menyentuh perutnya yang kosong.

Dia mudah tertidur dan sulit dibangunkan. Selama ini, Naga Hitam yang selalu melakukan berbagai cara untuk membangunkannya. Jika tak dibangunkan, Cale bisa tertidur lebih lama dari orang normal umumnya.

Senior itu berdecak kemudian mengeluarkan makanan dari cincin penyimpanannya. Dilemparkannya sebungkus roti pada anak itu kemudian beranjak bangkit untuk turun dari kereta.

"Makanan tidak akan dibagikan ketika kereta berhenti," ujarnya membuka pintu kereta. Dia melompat turun dari kereta lalu menoleh ke dalam untuk menjelaskan pada juniornya yang tidak mengetahui apa pun. "Setiap kali kereta berhenti, kamu hanya bisa mengandalkan dirimu sendiri."

Cale terdiam, bukan karena dia tidak mengerti melainkan karena dia sangat paham seperti apa sistem ekspedisi Akademi.

Akan tetapi, seniornya menganggap kebungkamannya sebagai kebingungan jadi dia kembali menambahkan, "Malam ini kita diminta berkemah, tidak ada yang boleh tinggal di kereta. Sebelum matahari terbenam, aku sarankan kamu segera mencari kelompok dan mendirikan tenda lalu menyiapkan diri untuk berburu."

Setelah menyampaikan hal tersebut, pemuda itu pergi begitu saja.

Cale memandang punggungnya sejenak, dia terkejut karena senior itu ternyata cukup baik. Dari gayanya, Cale menebak status pemuda itu pasti tidak rendah sebagai bangsawan dan meski tatapannya tampak tajam dan menakutkan, dia rupanya masih punya nurani untuk tidak meninggalkan juniornya kelaparan.

"Aku memang tidak seharusnya menilai seseorang dari penampilan," gumam Cale menggeleng pelan sembari mulai menyantap roti lapis yang diberi senior tanpa nama itu.

[BL] The Bride of Crown Prince (AlCale)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang