[17] "Jam yang Berdetik"

5.2K 1K 34
                                    

"Ah, Cale. Kamu kembali." Suara Jack menyambut Cale cerah.

Cale memandang ke seisi ruang, menemukan hanya ada Paseton dan Jack yang berbincang di sofa. Sampai saat ini, dia belum sempat berpapasan dengan teman sekamarnya yang terakhir.

"Apa kamu habis ke kafetaria?"

"Tidak." Cale menjatuhkan bokongnya di sofa samping Jack. "Hanya menghirup udara segar," tambahnya mengulurkan tangan pada potongan buah apel yang tersaji di atas meja. "Dari mana buah ini?"

"Paseton membawanya," jawab Jack tersenyum.

Pandangan Cale beralih pada anak laki-laki tampan yang kini duduk tenang menatapnya di seberang sofa. Tiap mata mereka beradu, ada ketidaknyamanan yang mengusik Cale. Rasanya seperti tengah diamati.

Cale menggigit potongan apel yang dibentuk kelinci, menikmati rasa manis yang memuaskan pengecapnya. Setelah jeda sesaat, Cale baru tersadar jika dia tidak mendengar celotehan Naga Hitam sepanjang jalan mereka kembali. Tanpa sadar, diangkatnya tatapan ke langit, menebak apakah naga kecil itu masih terbang di sekitarnya.

Jack menyahut memecah hening lewat tanya, "Aku tidak melihat kalian di tes bakat hari ini, jadi apa kalian mengambil tes fisik?"

Paseton menjawab, "Iya."

Sedang Cale menanggapi, "Tidak."

Pernyataan Cale membawa Paseton dan Jack pada satu kesimpulan. "Kamu memilih tes tertulis?" Keheranan melintasi pandangan keduanya.

"Aku suka yang paling mudah," ujar Cale mengangkat bahu tak acuh. "Tanpa risiko."

Itu keputusan yang masuk akal dan Jack kembali menggeser topik, "Apa kamu baik-baik saja?" tanyanya pada Paseton yang dijawab anggukan. "Benarkah? Kudengar tes fisik sangat kacau ... kamu sungguh tidak terluka?"

"Mana mungkin aku tidak terluka," tawa Paseton ringan. Dia menarik lengan baju kanannya ke siku, menampilkan bekas luka sayatan sepanjang tujuh senti. "Lihat, lukaku bahkan belum hilang."

Cale terdiam memandangi luka itu. "Jika menggunakan ramuan, lukanya pasti telah sembuh lebih cepat, sepertinya dia tidak menggunakan ramuan apa pun dan hanya mengandalkan kemampuan regenerasi bawaan rasnya."

Semenjak Paseton mengenalkan diri, Cale akhirnya mendapatkan kesimpulan atas identitas anak berambut biru tersebut.

Paseton.

Ras setengah paus.

Namun, dia bukan sembarang ras paus. Ibunya memang seorang manusia, akan tetapi Paseton adalah darah keturunan langsung dari Raja Paus. Jika menggunakan tatanan strata manusia, Paseton masih dapat disebut seorang pangeran meski dia bukanlah pewaris takhta.

Dia tokoh pendukung yang hanya muncul sekali di depan protagonis.

Tentu ada alasan tentang itu.

Cale menelan apel yang tak terasa manis lagi. Lehernya seakan tersendat oleh kering. Dia benci mengingat kisah malang orang lain.

Jika dipikirkan kembali, cerita ini terlalu kejam. Tidak hanya Alver saja, baik Choi Han sebagai protagonis kedua mau pun Paseton yang merupakan tokoh pendukung, tidak satu pun dari mereka yang memiliki garis kehidupan bahagia.

"Itu ... terlihat dalam," gumam Jack khawatir.

"Tidak apa, ini sudah baik-baik saja. Lagi pula tidak ada pertarungan lainnya, lenganku punya lebih banyak waktu untuk beristirahat sampai aku bisa mengayunkan pedangku nanti."

Jack masih terlihat cemas, dia mungkin tenggelam memikirkan bagaimana jadinya nasibnya nanti.

Cale tidak mengingat ada tokoh bernama Jack, maka dia menyimpulkan jika anak berambut pirang ini hanya salah satu figuran.

[BL] The Bride of Crown Prince (AlCale)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang