[54] "Perubahan Pesat"

3.3K 685 19
                                    

"Kakak, apa kamu sudah akan pergi?"

Cale mengangguk atas pertanyaan yang sudah jelas jawabannya. "Iya, aku sudah cukup beristirahat," tuturnya menoleh pada adiknya Bassen yang tengah mengunjungi kamarnya.

Sepanjang dia beristirahat di rumah, ketika waktu luang Cale hadir maka Bassen akan datang mengajak kakak sulungnya mengobrol. Cale tidak pernah menolak dan selalu membuka pintu kamarnya lebar, membiarkan adik laki-lakinya melangkahi wilayah pribadinya.

Bassen diam-diam menaruh kekaguman pada kakaknya. Meski seorang bangsawan, kakaknya tidak pernah terlihat angkuh. Tidak sekali pun Cale menampilkan rasa superioritas atas darah bangsawannya atau pun memandang remeh adik kecilnya yang memiliki asal-usul yang tidak jelas. Bassen sudah mengalami bagaimana orang-orang yang bekerja di bawah ayahnya sering kali memandang dirinya sebelah mata seakan pakaian serta status yang disandang oleh Bassen tidaklah pantas untuk anak itu miliki.

"Kakak, apa kamu akan pulang liburan musim panas ini?"

"Kemungkinan besar, iya. Apa kamu punya sesuatu yang kamu inginkan?"

"Eh?" Bassen mengerjap, selekas kemudian akhirnya tersadar jika kakaknya berniat memberinya hadiah oleh-oleh. "Bolehkah? Em kudengar Kota Puzzle menyediakan alat tulis terbaik."

"Oke, aku akan membelikanmu nanti." Cale menepuk kepala adiknya lantas membawa tungkai melewati anak itu. Sosok Vicross di depan pintu meraih atensinya bergeser.

Vicross menyerahkan sebuah kotak pada Cale. "Ayah meminta saya memberikan ini."

"Dari mana?"

"Katanya ini pesanan lama Anda." Vicross sendiri tidak terlalu jelas tentang itu.

Cale menerima kotak itu, mengangguk sebagai tanda terima kasih ke koki pribadinya. Bassen melihat kedatangan Vicross dan si koki menundukkan kepala sopan memberi salam sekenanya pada Tuan Muda Kedua Henituse kemudian dia berpamitan untuk kembali ke dapur.

"Saya akan kembali, Tuan Muda semoga perjalanan Anda aman."

Vicross selalu menjadi pria yang terus terang jadi seusai dia menyelesaikan keperluannya, pria muda itu akan segera membalikkan punggung.

"Apa itu, Kak?"

"Barang kiriman Ron," jawab Cale meletakkan kotak itu ke atas meja. "Bassen, bukankah kamu masih ada kelas di jam ini?"

Bassen sudah berencana melewatkan kelasnya. "Aku ingin mengantar kepergian Kakak."

Cale menggeleng pelan. "Tidak perlu untuk itu, pergilah belajar. Jangan lalai atas pendidikanmu. Bukannya kamu akan masuk Akademi tahun depan?"

Meski berstatus putra yang tak sedarah dengan Count, di mata hukum Bassen sudah tercatat sebagai putra kedua dan juga memiliki bagian hak waris. Dia memiliki tanggung jawab untuk hadir ke Akademi dan menjalani pendidikan sebagai seorang bangsawan.

Bassen masih terlihat enggan tapi dia selalu mematuhi perkataan kakaknya. Anak itu menundukkan kepala. "Jika begitu aku harap perjalanan Kakak aman."

Sudut bibir Cale meringkuk ke atas, ditepuknya bahu adik laki-lakinya. "Terima kasih. Belajarlah dengan baik dan jika ada yang tidak kamu pahami, kamu boleh mengirim surat padaku untuk bertanya."

Pernyataan Cale berhasil membangkitkan semangat anak itu. Dia tersenyum cerah, berjanji akan menulis surat pada Cale baru akhirnya meninggalkan kamar Cale dengan langkah yang riang.

Kepergian Bassen mengirim kembali peraduan Cale dalam keheningan yang menyergap. Sang bangsawan muda beranjak menutup pintu disusul seekor naga yang kembali menampilkan dirinya.

[BL] The Bride of Crown Prince (AlCale)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang