[82] "Hasil Akhir"

2.6K 472 56
                                    

Realitas Cale terbelenggu adegan yang terus mengacaukan isi benaknya. Cale kesulitan mengumpulkan keping kesadarannya yang sempat memecah berantakan ketika latar kembali berganti. Dia masih termenung saat dihadapkan dengan rangkaian alur selanjutnya.

"Tuan Muda." Panggilan Ron serta tepukannya di bahu Cale berhasil menyeretnya kembali dari pikiran yang mengambang jauh.

"Ah, sial." Cale spontan memegang kepalanya tampak semakin dirundung frustrasi.

Apa-apaan yang terjadi barusan?

"Bajingan, relasi macam apa ini?" Rasa dingin tiada duanya akhirnya datang menyerbu lelaki itu. Kenangan yang melintas terlalu melekat membuat sensasi sentuhan bibir itu terus saja terputar dalam memorinya. "Ini benar-benar mimpi buruk."

Sekarang dia sangat paham arti mimpi kelam yang bisa mengguncang kewarasan setiap Spiritualitst.

Kalau dihadapkan skenario begini, bagaimana bisa dia tidak gila?

"Tuan Muda, Anda baik-baik saja?" Ron mulai mengkhawatirkan keadaan tuan mudanya. "Apa ada masalah?"

Cale menarik napas panjang. Dia butuh waktu menyeimbangkan tatanan hatinya yang beriak kacau diakibatkan seseorang. Ini jelas penyiksaan perlahan. Tidak peduli bagaimana caranya, dia harus lepas dari belenggu ini selekas mungkin.

"Tidak apa-apa, ada apa kau ke sini?" tanya Cale kembali tenang setelah menekan seluruh emosinya ke dasar dan berkali-kali mengingatkan jika semua ini tak ada hubungannya dengan kenyataan.

"Ah, saya hendak menyampaikan pesan," tukas Ron merogoh sakunya lalu menyerahkan sebuah amplop tanpa segel lilin, "Balasannya baru saja datang pagi ini."

"Balasan?"

Cale menerima amplop itu kemudian membukanya. Anehnya, tidak ada kata pengantar atau nama pengirim, hanya ada satu paragraf singkat.

Aku telah gagal menunda kebangkitannya, Mala Petaka akan segera bangun dari tidur panjangnya. Aku butuh kepastian tentang menangani sang Wadah jadi kamu harus segera memilih. Yakinlah, aku akan mengikuti jalan yang kamu tempuh. Tidak peduli jika kamu membutuhkanku merenggut nyawamu atau menyeret kekasihmu sebagai gantinya.

Cale terpaku.

Pesan apa ini? Siapa pengirimnya?

Dia ingin membuka mulut tapi tidak ada suara yang mampu terdengar. Alih-alih bibirnya berkata, "Kita akan mulai bergerak seperti yang sudah direncanakan."

Kesadarannya kembali ditekan sebelum dia dapat mengacaukan skenario itu. Ini hanya berarti jika dia mengajukan tanya tentang sang pengirim maka hal ini akan sangat berpengaruh pada alur.

Cale tidak dapat melawan kehendak tubuhnya. Di sisa adegan, dia cuma bisa membawa langkah menemui Choi Han yang sudah menunggunya di luar pintu.

"Aku akan menganggap kehadiranmu di sini sebagai jawaban atas pertanyaanku tempo hari."

"Kamu keliru, aku tidak berkenan melakukan sesuai maumu. Aku akan bergerak tergantung penilaian pribadiku," balas Choi Han dingin.

Tubuh Cale tidak memberi tanggapan tetapi senyuman di bibirnya jelas menyiratkan kepercayaan diri seolah semua sejalan sesuai rencananya.

Berbagai kebingungan masih melekati benaknya tapi semua itu tidak bertahan lama. Sosok Choi Han mulai menyerpih bagai lembaran kertas yang dibakar.

Cale perlahan memejamkan mata, berusaha keras menyeimbangkan emosinya agar tidak terlarut dalam skenario ini. Dia lantas mendengar suara embusan angin yang nyaring. Cale membuka mata dan di hadapannya tiada lagi sosok Choi Han atau Ron yang mengikuti di sisinya. Tersisa dirinya seorang, berdiri di tengah medan perang yang menguarkan aroma darah bercampur hangus.

[BL] The Bride of Crown Prince (AlCale)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang