Sewaktu Cale membuka mata, langit di atas kepalanya bercorak dengan warna keabuan. Suhu yang menembus kulitnya membisikkan realitas bahwa waktu telah memasuki fajar. Benar saja, ketika Cale menoleh dia bisa menyaksikan bagaimana mentari baru merangkak naik di kaki cakrawala lantas suara yang tumpah tindih tiba-tiba bergema.
—Manusia! Kamu akhirnya membuka matamu!
"Kamu akhirnya sadar."
Cale mencari suara asing yang memasuki telinganya. Anak lelaki itu membalikkan badan lalu mengerjap tatkala menemukan bukan Sayeru yang mendampinginya melainkan seorang pria yang mengenakan kacamata dan tengah duduk di sebuah kursi yang tak jauh darinya.
Memori Cale lekas menggali nama pria ini. Seorang pengawas senior, Ferraztine Gerrad.
Ferraztine memperbaiki letak kacamatanya lalu menutup buku yang dia tekuri selama menjaga murid kecil ini. Sekali pandang, Ferraztine dapat menebak apa yang mendekami benak bangsawan muda di hadapannya. "Profesormu adalah penanggung jawab utama dalam ekspedisi kali ini jadi dia tidak bisa meninggalkan rombongan dan harus ikut melanjutkan perjalanan."
Pernyataan tersebut membuat Cale terdiam. "... Berapa lama saya di sini?"
"Sudah hampir seminggu."
Cale terperangah, tak menyangka aliran waktu di kenyataan berlalu sangat cepat. Padahal dia merasa waktu belum berlalu sehari.
"Jangan khawatir, untuk itulah aku di sini menggantikan Profesor Sayeru menjagamu." Ferraztine bangkit berdiri dan kursi yang semula didudukinya ikut menghilang ke udara tipis. Pria itu mengeluarkan tongkat sihirnya. "Mari, aku akan mengantarmu langsung ke tujuan."
—Manusia, pria ini cukup kuat meski tidak sekuat Profesor Beruangmu atau penyihir wanita baik hati yang pandai menangani racun.
Cale perlahan berdiri. Baru setelah berpijak kokoh dia merasakan jika bahunya ditumpuki debu. Anak laki-laki itu mau tak mau menyibukkan diri lebih dulu membersihkan bahu serta puncak kepalanya sendiri.
"Maaf saya jadi merepotkan Tuan Pengawas," kata Cale sopan.
"Tidak masalah, ini sebuah kehormatan bisa menjagamu," balas Ferraztine ramah sembari mulai mengaktifkan mantra teleportasi.
—Manusia, aku juga akan pergi sendiri! Sampai jumpa di rumah!
Kelopak mata Cale kembali terpejam. Detik lain dia membuka mata, sekitarnya tidak lagi menjadi pegunungan melainkan sebuah gang yang sempit. Dibawanya langkah menyusuri setapak jalan ke luar dari gang. Netra coklat Cale menyisir area yang masih terbilang sepi. Di beberapa sudut tertentu, bisa ditemukan pemandangan beberapa pedagang berlalu lalang tampak sibuk menyiapkan hari mereka.
Cale mengenal distrik ini tak jauh dari kediaman utamanya. Anak laki-laki tersebut kemudian menoleh pada Ferraztine yang menyusul dan kini berdiri di sampingnya.
"Tampaknya rombongan Akademi belum tiba tapi mereka pasti akan sampai hari ini jika sesuai dengan jadwal," ujar Ferraztine memandangi jam saku berwarna emas yang dia tarik dari saku dalam jasnya.
"Kalau begitu, bolehkah saya mengunjungi orang tua saya lebih dulu, Tuan?"
Selain berniat menyapa keluarganya, Cale berkeinginan membersihkan diri sekaligus pergi menemui pelayan setianya dan mengulik beberapa informasi dari pria tua itu.
Ferraztine tersenyum. "Tentu saja, nikmati waktumu."
Cale menebak Ferraztine tidak punya tugas lain jadi dia mengajak pengawas tersebut ikut bersamanya.
Penjaga kastel Henituse mengenal dengan baik Tuan Muda mereka. Melihat kepulangannya, mereka buru-buru mengirim orang untuk menyampaikan pesan pada Count Deruth. Tentunya, Cale enggan membuang waktu hanya demi melepas rindu yang dirasanya tidak perlu sebab belum lama sejak dia pulang ke rumah terakhir kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] The Bride of Crown Prince (AlCale)
Fiksi Penggemar[Lout of Count's Family Fanfiction] Setelah lama berduka, Cale Henituse mendapatkan kenangan tentang kehidupan sebelumnya. Rupanya dia telah bereinkarnasi dalam tubuh seorang bangsawan sampah. Tentu saja, itu adalah keberuntungan terbesar menjadi pe...