[20] "Urgensi Menakutkan"

4.9K 935 73
                                    

Jack berlari menyusuri hutan. Napasnya terengah tapi langkahnya tak sedetik pun berhenti. Dia terus-menerus mendorong dirinya pergi lebih jauh. Cale sudah membukakan jalannya untuk melarikan diri, dia harus memanfaatkan hal itu lalu membalas kebaikannya suatu saat nanti.

"Aku sudah berjanji," pikirnya memegang teguh tekadnya.

Anak laki-laki itu terus memaksakan dirinya pergi sejauh mungkin.

Dia tidak boleh terluka lebih jauh.

Dia tidak bisa membuat adik perempuannya kembali mengkhawatirkannya.

Dia harus membuktikan kelayakan dirinya sendiri.

Sayangnya, keberuntungan tidak sedang berpihak padanya. Langkah anak itu terhenti. Matanya membeliak dengan punggung yang dijalari dingin.

Seekor monster kelas dua menghalangi jalannya.

Jack bukan tipe petarung. Dia tidak punya kekuatan setangguh adiknya, tidak pula mampu mengayunkan pedang seberbakat adiknya. Dia hanya selalu berdiri di belakang, menjadi yang dilindungi oleh punggung gadis yang lebih muda.

Pada saat ini, kalimat adik perempuannya kembali terngiang.

"Kakak, berhentilah menjadi terlalu baik. Kamu itu hanya membuatku selalu mengkhawatirkanmu. Tidak bisakah Kakak diam saja di belakangku dan tak membuatku cemas setiap saat?"

Kaki Jack terpaku ke tanah, tubuhnya membeku dan di saat seperti ini dia bahkan tidak mampu menang kendali atas tubuhnya sendiri.

"Maafkan aku, Hannah."

Pada akhirnya, dia memang hanya selalu menjadi beban yang tak berguna.

~

"Ini murid ke-34."

"Belum separuh batas waktu dan sudah sebanyak itu yang menyerah?" Salah satu pengawas muda bertanya heran.

"Semua murid terkuat sudah melewati tes dan mayoritas yang bergabung hari ini memilih tes fisik terakhir karena tak ada pilihan lain."

Seorang pengawas senior menggulir daftar nama yang terekam di batu sihir. "Sebagian besar rakyat biasa."

"Bangsawan punya harga diri yang tinggi, mereka telah mendominasi di hari pertama."

"Itu benar, bangsawan yang bergabung hari ini cenderung lemah."

Seorang pengawas yang bosan menyahut, "Jika begini, buat apa mengerahkan lebih sepuluh pengawas? Lima saja sudah cukup."

"Kalian terlalu santai." Pengawas yang memegang batu sihir menegur. "Kita ditempatkan bukan tanpa alasan."

"Ah, apa karena Pangeran Pen dari Kerajaan Breck baru berpastisipasi hari ini?"

"Oh, anak itu baru bergabung tes fisik hari ini? Bisakah dia sebaik kakaknya? Bagaimanapun, kakaknya adalah penyihir yang berbakat. Tahun lalu sebagian besar mutiara juga jatuh ke tangan gadis kecil itu."

Ketika para pengawas muda saling berdiskusi, pengawas senior yang memimpin kelompok pengawas hari ini dan sedang menggenggam batu sihir sejak tadi justru tenggalam pada profil salah satu murid yang kini ditampilkan di hadapannya.

Profil itu menampilkan seorang anak laki-laki berambut merah tanpa ekspresi.

Informasi tentang anak ini mungkin masih menjadi desas-desus di antara para murid, tetapi seluruh atasan dan berbagai posisi penting di Akademi telah diberi peringatan untuk memperhatikan anak itu lebih dekat.

Kepala Sekolah berkata, "Dia Cale Henituse dari Kerajaan Rowoon. Sekilas tak ada yang istimewa darinya tapi dua tes yang sudah dilaluinya memberi hasil menakjubkan. Menghitung bakatnya saja, jika diberikan kesempatan tumbuh dengan baik anak ini punya potensi yang pasti luar biasa di masa depan. Dengan demikian, Akademi Puzzle akan menjamin keamanannya."

[BL] The Bride of Crown Prince (AlCale)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang