[41] "Pusat Kekaguman"

3.9K 791 24
                                    

Malam kembali memayungi seluruh wilayah dan kristal di tangan Cale perlahan kembali ke sedia kala berwarna hitam. Cale menyeimbangkan hatinya sebelum lekas mendorong kristal itu ke tangan Pendrick. Anak itu mengusap air matanya dan bergegas meminta Glutton menurunkannya.

"Ini memang terlalu berlebihan untukku," gumamnya masih bisa merasakan bagaimana ketika dia dirasuki oleh kesadaran kristal dan memuntahkan serentetan omong kosong.

Jika ada satu keuntungan, efek pemurnian kristal turut membawa penyembuhan, terutama pada Cale yang mengendalikannya. Dia bisa merasakan kelelahannya dan energi yang terkuras kini pulih seperti sedia kala. Sekarang, tidak ada bedanya dengan dirinya ketika dia belum mengerahkan energi apa pun.

Glutton yang tampak paling lega dengan kenyataan ini. Dia amat bersyukur Cale baik-baik saja dan tidak tumbang setelah semua pertarungan yang membebani tubuhnya.

Namun, hanya Glutton yang tahu pasti keadaannya.

Ron bergegas menghampiri seusai anak itu diantar Glutton kembali turun. Pelayan setia sang bangsawan muda segera menyampirkan jubah ke bahu Cale. Meski senyumnya tak pernah luntur, Cale bisa mengetahui senyuman itu tak pernah mencapai matanya. "Anda harus berhenti memaksakan diri, Tuan Muda."

Cale merasa pelayannya saat ini sangat menakutkan. Dia beringsut lebih dekat ke arah Glutton. "... Aku baik-baik saja."

Tentu tidak ada yang mempercayainya.

Naga Hitam juga turut memprotes.

Tubuhmu penuh darah, Manusia! Kamu ... kamu sangat lemah, tidak seharusnya kamu terlibat dalam pertarungan. Lihat dirimu sekarang! Kamu membuatku ingin merobek pria tadi menjadi kepingan.

Cale merasa penampilannya tidak seburuk itu dan bagaimana mungkin Naga Hitam ingin merobek pria tua itu ketika si pria sudah hangus terbakar.

Sayangnya, hanya Cale sendiri yang berpikir dirinya baik-baik saja, semua tatapan jelas memakunya dengan tatapan rumit, terutama Silas. Paladin itu merasakan secara langsung bagaimana kekuatan artefak dan kristal yang turut mencapainya, perasaan itu benar-benar tak mampu dijabarkan olehnya dan sang Paladin teringat bagaimana Paus berkata padanya.

"Jika dia berhasil, lindungi dia dengan nyawamu."

Silas mengeratkan genggaman tangannya di sekitar pedang. Dia menyarungkan kembali artefak suci tersebut dengan satu kebulatan tekad baru.

Cale belum tahu bagaimana tindakannya mengubah setiap pandangan seseorang pada dirinya. Anak laki-laki itu menoleh setelah menyadari satu hal.

"Di mana Choi Han?" Dia tidak bisa menemukan sosok anak yang selalu sedia di dekatnya.

Ada hening sesaat sebelum Naga Hitam menyeru panik.

Aku ... aku lupa! Choi Han!

Kening Cale berkerut atas tanggapan panik Naga Hitam yang tak biasanya.

Dia dalam bahaya!

Jawaban itu membuat Cale segera menoleh pada pelayan di sisinya. "Ron, pergi temukan—"

"Cale-nim."

Cale menoleh ke belakang dan melihat seorang anak laki-laki berambut merah yang serupa miliknya bergegas menghampirinya. Ada pedang dalam genggaman Choi Han.

"Anda ...." Suara Choi Han tercekat mendapati penampilan berantakan anak bangsawan tersebut.

"Apa kamu baik-baik saja? Siapa yang menyerangmu?" Dalam sekali pandang, Cale menyadari luka-luka Choi Han dan dia segera meminta priest di dekatnya untuk mengobati anak itu.

[BL] The Bride of Crown Prince (AlCale)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang