Ada banyak yang terlintas di benak Cale saat matanya beradu dengan sepasang iris sewarna langit musim panas. Namun, sebelum Cale bisa menyuarakan sapa, Alver lebih dulu bertanya, "Bagaimana keadaanmu?"
"... Saya baik-baik saja," jawab Cale spontan.
Akan tetapi, Alver tidak menerimanya begitu saja. Keningnya berkerut dan sepasang matanya yang berwarna biru kini menyisir tubuh Cale dari atas ke bawah, mencoba mencari tahu apakah anak bangsawan itu berbohong padanya.
Sudah tiga musim sejak mereka bertemu terakhir kali di Desa Elf. Andai Alver tak tahu di mana anak itu berada, mungkin saja sebagian besar hatinya akan turut dibuat gelisah oleh rumor tak berdasar yang merebak.
Walau tak memiliki jaminan pasti, sebagai sosok yang masih mewarisi darah elf, Alver percaya bahwa Pohon Dunia memiliki pengetahuan terluas di benua ini. Kekuasaan eksistensi yang disembah nenek moyang rasnya setidaknya besar kemungkinan mampu memberi Cale jalan ke luar. Belum lagi, ada sosok naga agung di sana. Alver ingin percaya mereka tidak akan membiarkan Cale mati sia-sia.
Itulah yang selalu Alver tanamkan dalam benaknya seraya mendorong dirinya untuk tumbuh lebih cepat. Dia harus segera menjadi kuat. Dia berencana selekas mungkin mendapatkan pijakan kokohnya sendiri sebab hanya dengan itu, Alver merasa dia baru pantas berjalan di sisi Cale.
"Saat ini aku masih terlalu lemah."
Dia tidak memiliki status tinggi atau pengakuan. Sepanjang hidupnya yang diiringi sepi, apa yang mengikutinya tak lain barisan tatapan perendahan dan abai.
Alver tidak berniat terus menunjukkan sisi dirinya yang lemah, tentu tidak jika kelemahannya cuma berarti Cale Henituse tak akan pernah beralih memandangnya.
Tatapan lekat sang Pangeran memicu ketidaknyamanan Cale. "Yang Mulia, saya sungguh baik-baik saja. Jika Anda tak percaya saya, setidaknya Anda harus percaya pada sumber lain."
Naga Hitam penuh pengertian, dia menyahut mengirim persetujuan ke benak Alver.
—Aku yang memastikan, Manusia sudah sembuh sekarang! Pohon Dunia itu benar-benar memberi keajaiban!
Seruan nyaring penuh kegembiraan yang tak bisa disembunyikan akhirnya sedikit melonggarkan beban di hati Alver.
Senyum Cale perlahan meningkat. Dia memperhatikan jika pangeran itu tampaknya dalam kondisi baik. Tingginya tak banyak bertambah tapi dia jelas terlihat lebih berisi dibanding yang dikenali Cale setahun lalu.
"Makanan Akademi jauh lebih terjamin dibanding istana yang tak memperlakukannya dengan baik." Ini hal yang bagus. Suasana hati Cale secara otomatis ikut berangsur cerah.
Selama ketiadaannya, Cale sangat yakin jika protagonis sudah menjalin relasi dengan Putra Mahkota Kekaisaran sesuai alurnya. Kalau menghitung waktu dengan cermat, Cale memperkirakan saat ini Alver harusnya sudah bergabung dalam klub berkat relasinya dengan Adin tanpa perlu menampilkan kekuatannya. Alver kemudian tetap akan menyimpan profil rendah dan tidak menjadi lebih selain bayangan di sisi Adin.
Sedikit yang tidak diketahuinya jika Alver yang sekarang telah melampaui imajinasinya.
"Mohon maaf saya meminta pertemuan mendadak seperti ini dan mengganggu waktu Anda. Saya ada keperluan dengan Yang Mulia. Jika Anda tak keberatan, saya ingin mengajukan tanya," ucap Cale terus terang.
Kesopanan itu tidak menyenangkan di mata Alver. "Aku akan mendengarkanmu jika kamu menyingkirkan cara bicara yang memuakkan itu."
Tanggapan tajam Pangeran Pertama menarik keluhan di hati Cale. Pangeran muda ini sungguh berdedikasi dalam membuatnya berbicara tak sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] The Bride of Crown Prince (AlCale)
Fanfiction[Lout of Count's Family Fanfiction] Setelah lama berduka, Cale Henituse mendapatkan kenangan tentang kehidupan sebelumnya. Rupanya dia telah bereinkarnasi dalam tubuh seorang bangsawan sampah. Tentu saja, itu adalah keberuntungan terbesar menjadi pe...