[36] "Keributan"

4.3K 784 18
                                    

Cale menyusupkan diri melewati koridor demi koridor, berkelit di bawah penjagaan Priest yang berpatroli demi gegas menuju pinggiran kuil, tempat yang dikenal luas oleh petinggi gereja Dewa Kematian sebagai area gereja khusus. Tubuhnya yang kecil serta meningkatnya kunjungan penduduk malam ini kian memudahkan tindakan menyusup Cale. Hal ini disebabkan patroli keamanan gereja akan beralih fokus sementara di tempat seliweran para pengunjung yang berdatangan. Sudah jelas jumlah Priest di gereja amat terbatas dan mereka tidak akan punya waktu menaruh banyak perhatian menjaga tepi ruang yang hanya segelintir petinggi gereja yang tahu ada hal yang sungguh dijaga di dalam sana.

[Nyalimu memang patut dipuji, Cale.]

Suara Glutton bergumam mencibir.

[Cuma kamu seorang yang tak khawatir akan ditangkap dan diadili di hadapan Paus jika diketahui luas mencoba mencuri relikui gereja.]

Cale membawa langkah gesit melewati koridor demi koridor yang berkelok dengan atap yang menjulang tinggi di atasnya. Napasnya sedikit terengah, tetapi dia masih terus mendesak kakinya bergerak meski tubuhnya terus menjeritkan rasa sakit yang tak tertahankan. Anak itu tidak bisa menyaksikan bagaimana wajahnya telah diliputi pucat pasi seakan darah menipis meniadakan rona di paras mudanya.

"Penganut Dewa Kematian tidak sebanyak Dewa Matahari dan itu membuat jumlah pendeta mereka cukup terbatas." Cale berhasil tiba di bagian tepi gereja yang sepi, di mana sebuah aula berdiri sederhana dan tak ada bedanya dengan bangunan gereja yang lain. "Terlebih, di tempat ini yang mereka pikir tak lebih dari ruang kosong biasa, tidak akan ada sisa penjaga di sini selama kita sudah melalui lorong utama tadi."

Tepi gereja yang mereka tuju tak lain merupakan ruang kosong yang hanya dianggap sebagai lokasi menggantung lukisan yang disumbangkan oleh para penganut. Ruangan itu cukup luas dengan langit-langit berkubah dan dinding putih serta belasan pilar besar yang mengelilingi ruang.

[Pengetahuan kelompok bangsawan tampaknya lebih luas dari yang kubayangkan. Aku jadi ingin tahu dari mana sumber informasimu berasal?]

Cale menghentikan langkahnya kala mendengar perkataan yang terdengar mengundang tanya.

"Kamu tidak tahu?"

[Apa?]

"Tidakkah kamu bisa membaca pikiranku?"

[Apa kamu memang pernah memikirkannya? Aku tak pernah merasa kamu menyebutkan sesuatu tentang itu.]

Cale terdiam sejenak kemudian berkata, "Katakan, apa yang kupikirkan sekarang."

[Aku tidak mengerti mengapa kamu memikirkan Naga Hitam akan senang terbang mengelilingi gereja.]

Alis Cale spontan terangkat oleh tanggapan itu. Nyatanya, dia memikirkan dua hal. Pertama, seperti yang diutarakan Glutton dan yang terakhir tentang bagaimana alur cerita berjalan di novel. Semua tentang tata letak gereja ini telah disebutkan di dalam novel ketika Alver datang berkunjung dan tanpa sengaja bertemu dengan seorang Priestess muda yang kelak akan menjadi tokoh pendukung dalam sebuah konflik.

Satu kesimpulan terpetik dalam benaknya. "Bahkan seorang Roh Agung punya batasan," gumamnya kembali melanjutkan langkah yang sempat tertunda.

Roh wanita itu terdengar mendesis. Namun, dia tidak menampik kenyataan jika pernyataan pengontraknya yang sulit dimengerti dan selalu tiba-tiba itu memang benar adanya.

[Itu sedikit menyinggung tapi tidak keliru juga, kami cukup kuat untuk mendominasi duniamu tapi bukan berarti kami maha kuasa. Kami bukan Dewa.]

Glutton mengakui kekurangannya tanpa segan.

Cale tidak memberi tanggapan selain anggukan kecil, alih-alih dia menggeser topik, "Nah, sekarang kamu harus membantuku. Jika aku tidak keliru, maka pintu menuju ruang bawah tanah tempat relikui itu disimpan pasti ada di ... sini." Cale berhenti di depan salah satu lukisan raksasa yang setinggi empat meter dengan lebar satu setengah meter.

[BL] The Bride of Crown Prince (AlCale)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang