[80] "Arah Baru"

2.7K 480 23
                                    

Berkubang dalam pikiran berat untuk waktu  yang panjang memang bukan gayanya. Cale Henituse sudah memutuskan arah mana yang ingin ditempuhnya.

"Iya, tidak peduli bagaimana caranya, kematian itu bukan akhir yang baik," lirihnya di pagi hari buta ketika fajar baru menyambangi kaki cakrawala.

Hari ini adalah waktu rutin pertemuannya dengan Sayeru di tebing pegunungan. Lagi-lagi Sayeru terlambat. Cale kerap datang lebih awal dibanding sang profesor. Mengisi penantiannya, anak bangsawan itu kini duduk di tepi tebing, membiarkan kedua kakinya menggantung ringan. Dahulu Cale tak berani melakukan itu, takut jika dia tak sengaja terjatuh lalu meregang nyawa. Namun, kehadiran Naga Hitam membuat keberaniannya meningkat pesat. Selama naga kecil bersamanya, Cale punya lebih banyak kepercayaan diri. Mungkin inilah  yang disebut jaminan keselamatan.

"Mengapa kamu mengatakan hal yang sudah jelas, Manusia? Pastinya hidup itu jutaan kali lebih baik dibanding mati!"

Cale menyeringai tipis. Dia mendongak ke langit di mana Naga Hitam terbang tak jauh darinya. "Kalau Profesor Sayeru tiba, kamu boleh pergi berkeliling ke sekitar. Terbang di antara kabut pagi pasti menyegarkan."

"Aku akan melakukannya, Manusia." Naga kecil mengepakkan sayapnya gembira. "Tapi aku tak akan pergi terlalu jauh. Aku masih harus mengawasimu dari dekat, tidak ada orang yang bisa dipercaya melindungimu."

Naga Hitam sudah tahu jika Cale berlumuran darah kemarin tepat di bawah pengawasan Sayeru sehingga menurutnya profesor beruang itu tidak layak melindungi manusianya.

Pandangan Cale kembali menerawang di kejauhan. Hamparan hijau yang mengagumkan serta udara pagi yang segar berhasil merilekskan tubuh serta pikirannya. Mengobrol dengan Alver kemarin ternyata membawa dampak yang cukup signifikan. Dia sekarang mampu menarik keputusan tanpa jejak keraguan lagi.

Memang benar Cale tidak pernah menduga Alver dapat mati karena dialah protagonisnya. Bagi Cale, protagonis itu bak pilar kokoh yang tidak akan rubuh dihantam badai sekali pun. Sayang sekali, mimpi kelamnya menyadarkan Cale jika Alver masih makhluk hidup biasa. Dia juga dapat terluka, jatuh atau pun mati.

Pun, tidak ada kepastian bahwa perubahan alur yang sekarang memengaruhi Alver akan membawa sang protagonis ke jalan mulus.

"Aku terlalu naif jika memikirkan dia mampu menanggung semuanya seorang diri."

Andai Alver protagonis dunia ini tiada, lalu bagaimana dunia selanjutnya berjalan? Bisakah ada orang lain yang mampu mengisi peran yang diemban sang protagonis?

Cale bahkan meragukan apakah Choi Han sebagai protagonis kedua bisa menggantikan Alver.

Choi Han bisa saja menjadi lebih kuat dari Alver tetapi kebijaksanaan dan kepemimpinannya tidak mungkin mengungguli Alver. Belum lagi identitas asli Choi Han sebagai keturunan dragon slayer akan membuat segalanya menjadi rumit.

Lalu bagaimana kondisi Kerajaan Rowoon di masa depan tanpa Alver yang memimpin?

Cale sungguh tidak bisa membayangkan andai Pangeran Kedua yang naik takhta. Bukannya meragukan kemampuan Pangeran Kedua, tetapi situasi di masa depan akan menjadi sangat pelik. Kerajaan Rowoon membutuhkan Raja seperti Alver yang mampu mengendalikan situasi politik dengan keramahan dan ketegasan yang seimbang serta tak memberikan diskriminasi pada ras mana pun.

"Jika situasi di dalam negeri tidak teratasi dengan baik, Wilayah Henituse pasti akan terpengaruh."

Saat perang pecah, Cale tidak percaya ada pewaris yang memiliki ketajaman penilaian akurat selain Pangeran Pertama.

Pangeran Kedua terlalu bervisi pada keselamatan sampai-sampai dia pastinya tidak keberatan bergandengan tangan dengan Kekaisaran Mogoru. Cale tidak mau kerajaan tempatnya dilahirkan jatuh di bawah kendali Kekaisaran. Pangeran Kedua punya potensi besar menjadi boneka yang diminati Adin.

[BL] The Bride of Crown Prince (AlCale)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang