[65] "Pertanyaan Naga Hitam"

4.7K 824 62
                                    

Bayang-bayang malam telah jatuh sejak tadi. Waktu pun sudah beranjak menjelang larut. Di kamar yang hanya dihuni oleh dua orang, Clopeh menikmati waktu membaca bukunya dengan tenang. Teman asramanya sedang tidak ada di tempat hari ini sehingga bangsawan muda itu memanfaatkan waktu sendirinya dalam kedamaian—setidaknya, sebelum ketenangan itu dipecah oleh sahutan suara yang terdengar menjengkelkan baginya.

"Kali ini kamu memang berlebihan."

Clopeh mendengus saat pernyataan itu ditujukan padanya. Sepasang matanya yang tajam melirik ke samping, tepat ke arah sosok tinggi yang berjalan masuk ke kamarnya melalui pintu balkon.

Seorang pemuda mengenakan jubah hitam lekas menjatuhkan dirinya duduk di sofa depan Clopeh. Sikap seenak itu menarik ketidaksenangan Clopeh.

"Kamu mengotori sofa," ujar Clopeh dingin, menutup bukunya dengan gema suara.

Pemuda asing itu memutar matanya tak peduli. "Aku malas membuang waktu, anjing-anjing Dehreycho itu semakin merusak pemandangan. Keangkuhan mereka rasanya ingin kucekik sampai mati."

"Aku tidak tertarik mendengar keluhanmu, angkat kakimu dari sini jika tidak ada hal berguna."

"Bajingan, memangnya karena siapa aku harus menahan derita berdiri di antara mereka? Setidaknya beri tahu otak sialanmu itu agar cepat mencari jalan ke luar." Pemuda itu sungguh dibuat geram.

Clopeh mengembuskan napas. Dia menyilangkan kakinya sembari bersandar dengan tatapan mengintimidasi. "Kalau kamu tidak becus mengurus beberapa anak anjing, lebih baik lupakan minatmu untuk memberontak. Sia-sia saja bagi sampah bermimpi menyeret turun Rajanya dari takhta, ketika mengurus hal kecil saja tak mampu."

Alis pemuda asing itu berkerut berang. Dia ingin mengutuk Clopeh seribu kali atas perendahan itu. Namun, dia sangat menyadari jika kesuksesan tujuannya akan bergantung pada rencana besar Clopeh.

Pemuda asing menarik napas panjang, berusaha meredam emosinya yang bergejolak. "Aku akan terus bersabar untuk saat ini tapi sampai kapan kamu akan berdiam saja menyaksikan segalanya?"

Waktu tidak senantiasa menunggu mereka.

"Eden sudah menolak tawaranmu, bukan? Sayang sekali, Pangeran Kekaisaran yang bodoh itu terlalu naif. Bagaimanapun, ini memang seperti yang kuduga. Orang sepertinya sedari awal jelas tidak akan mau menurunkan kakinya ke tanah berlumpur."

Tak seperti Pangeran Kekaisaran lainnya yang berlomba-lomba mendambakan takhta sang Kaisar, Eden sendiri membawa langkah menghindari perseteruan. Dia enggan terjerat masalah dan akhirnya memutuskan menutup mata kemudian mundur perlahan dari sorotan.

"Calon pion terbaikmu sudah gugur, Sekka."

"Lalu?" Clopeh memandang tenang, tidak ada perubahan di riak wajah tampannya.

"Jangan berpikir aku tidak tahu apa yang kamu niatkan. Sekarang Cale Henituse sudah kembali, hanya dia yang berhasil naik ke puncak dan menurunkan pamor Adin. Anak itu eksistensi yang mengalir di luar rencanamu. Potensinya memang besar, itulah mengapa hari ini kamu berlebihan menekannya untuk menguji kelayakannya dengan kekuatanmu sendiri."

Seringai Clopeh mengembang tipis. "Kamu belajar dengan baik." Dia mengangguk kecil lantas tertawa. "Tapi kamu masih terlalu rendah."

"Omong kosong apa yang ...."

"Apa yang membuatmu berpendapat Tuan Muda Cale itu eksistensi tambahan belaka?"

Pemuda asing itu membelalakkan mata, tubuhnya tersentak saat menyadari sesuatu. "Dia ... bukan?"

Clopeh beranjak bangkit berdiri. Rambut peraknya mengalir di punggung, terlihat begitu memikat ditimpa cahaya kandelir. Senyum Clopeh untuk pertama kali mengembang lebar dengan penuh ketulusan dan antusias yang tak mampu dia sembunyikan.

[BL] The Bride of Crown Prince (AlCale)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang