[81] "Misteri yang Terurai"

3.2K 466 53
                                    

Cage menuntun jalan, langkah wanita itu bergerak gesit di antara seliweran penduduk yang memadat. Dia meraih lengan Cale ketika mendapati atensi lelaki itu sering kali terdistraksi.

"Ini sudah hampir waktunya, ayo cepat!" desak Cage.

Bangsawan berambut merah yang rambut panjangnya kini diikat satu hanya bisa menyerah dan bertindak kooperatif. Dia mengekori tanpa banyak keluhan walau ekspresinya jelas menyatakan keberatannya atas langkah tergesa Cage.

Nyatanya, Cale ingin sekali bertanya, hendak ke mana mereka pergi?

Namun, skenario mimpi kelam biasanya berkesan terlalu nyata hingga sulit membayangkan jika ini ilusi. Kalau dia gegabah melakukan sesuatu yang membuat lawan bicaranya curiga dan menganggapnya asing, maka kesadaran Cale pasti ditekan seolah dia tengah dipaksa mengikuti alur yang sesuai. Seakan-akan ada sesuatu tak kasat mata yang mendesaknya untuk tetap berada di skenario asli.

Setelah mengalaminya beberapa kali, Cale jadi sangat terbiasa menanganinya. Intinya, jangan membantah dan jangan bertanya banyak hal. Ikuti saja arusnya. Semua ini persis yang diajarkan Sayeru padanya.

Tak berselang lama, Cage membawa bangsawan itu melewati gang-gang sempit, menyusuri setapak jalan yang mana semakin jauh mereka beranjak, semakin pekat pula bayang kegelapan yang menaungi. Cale harus menyipitkan mata untuk melihat ke depan. Andai tangannya tidak digenggam, dia khawatir langkahnya dapat tersandung.

Langkah Cage berhenti sedang Cale lekas menjadi waspada. Punggungnya menegap, sekelumit kewaspadaan menyusup masuk mendesirkan darahnya.

Cale kemudian bisa merasakan tangannya yang semula dipegang kini dilepaskan. Namun, dia tidak banyak memberi reaksi karena masih bisa mendengar suara napas wanita itu walau tak bisa melihat apa yang terjadi di sekitarnya.

"Sekarang semuanya bergantung pada keberuntunganmu."

"Apa?" Kebingungan Cale belum selesai ketika dia merasakan punggungnya didorong disusul kaki yang kehilangan pijakan.

Cale terjatuh.

Dia tidak tahu apa yang terjadi, tidak pula mengerti apa yang tengah direncakan Priestess tersebut. Cale hanya bisa memejamkan mata dan menarik napas dalam selagi berharap tubuhnya tidak akan remuk jika mencapai dasar.

Namun, ketakutannya tak kunjung datang sebab ada embusan angin yang bergegas menerpa tubuhnya dan membuatnya melayang di tengah kegelapan.

Cale menarik napas panjang. Sangat takut dengan situasi yang ganjil ini.

"Cage? Hei!" Cale mendongak, mencoba memanggil wanita itu.

Tidak ada balasan.

Suara Cale bergema seakan dia tengah berada di sebuah jurang dalam. Terperangkap sepenuhnya di tengah kegelapan. Waktu terus berlalu lambat, tiap detik membawa rasa frustrasi Cale meningkat.

Dia hendak mengumpat ketika geraman terdengar melirih.

Cale bergidik. Insting kuatnya memberitahu jika ada mata yang sedang mengawasinya lekat-lekat.

Pemuda itu memutar tubuhnya. Angin di sekitarnya secara mengejutkan tidak menghalangi pergerakannya, rasanya tidak berbeda seolah dia tengah mengapung di laut.

Jauh di dalam kegelapan, Cale menyaksikan sepasang mata ungu tengah mengunci ke arahnya. Dia dipandangi serius sebelum perlahan mata itu berkedip kemudian berpindah. Tiap kali sosok asing itu bergerak, hadir bayangan putih yang seolah melesat mengikutinya seperti aliran sutra halus.

Di tengah kebingungannya, ada suara agung yang mengalir.

[Anak yang takdirnya menyimpang.]

Cale terperanjat. Lembar memorinya bergerak cepat, menggali perasaan de javu yang kuat. Pada akhirnya, bayangan sang Phoenix kembali teringat.

[BL] The Bride of Crown Prince (AlCale)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang