Chapter 3

3.9K 550 10
                                    

Si empunya kamar melangkah perlahan menuju ke pintu kamar nya. Setelah pintunya dibuka. Sosok Julian kembali terlihat. Dengan senyum manis nya membawa segelas susu hangat.

Y/n mengangkat alis nya terkejut. Tidak menyangka seseorang akan menyadari kalau ia masih terbangun.

Dengan segera gadis itu memecahkan beberapa gelembung sihir yang memasuki kamar nya sebelum mempersilakan Julian masuk. Ia tetap membiarkan gelembung di luar karena suka melihat nya.

"Saya melihat gelembung gelembung anda. Dan membuatkan susu hangat agar anda bisa cepat beristirahat tuan putri" Jelas Julian. Sembari memberikan gelas susu hangat itu pada y/n yang sudah duduk bersandar bantal nya.

"Terimakasih Julian" Balas y/n pelan.

"Dengan senang hati tuan putri" Lanjut Julian. Ia tersenyum senang melihat y/n yang langsung menghabiskan susu hangat buatan nya.

"Apa ada yang menggangu pikiran anda malam ini tuan putri?" Tanya Julian hati hati. Takut putri Engrasia merasa tidak nyaman dengan pertanyaan nya.

"Bukan masalah besar" Terang y/n Julian yang paham kalau tuan nya tidak ingin membicarakan nya hanya tersenyum.

Hening kemudian mengisi suasana diantara mereka berdua. Julian yang sedang merapikan gelas yang kosong bekas susu tadi. Dan y/n yang sedang tenggelam dalam lamunan nya.

"...Kamu mau ikut ke Obelia besok?" Pertanyaan tiba tiba dari y/n membuat Julian terkejut. Namun tidak bisa dia pungkiri bahwa ia merasa senang diajak langsung oleh tuan putri nya.

"Saya merasa sangat terhormat jika anda mengajak saya" Balas Julian menatap y/n. Kekehan kecil terdengar dari si surai salju. Y/n mengangguk. Mengisyaratkan Julian untuk mengemas pakaian nya.

Julian tanpa basa basi dengan segera langsung kembali ke kamarnya. Melaksanakan perintah tuan putri y/n untuk mengemas barang barangnya.

Sedangkan y/n? dia kini sudah terlelap berpindah ke alam mimpi. Susu hangat memang obat tidur terbaik bagi putri kerajaan Engrasia itu.

.
.
.

Lagi lagi suara bilah pedang yang mengadu antara satu dengan yang lain terdengar. Diikuti sorak sorakan beberapa anggota militer kerajaan yang ikut menonton pertandingan antara panglima perang mereka dengan tangan kanan nya.

Tidak butuh waktu lama kini Liam sudah berlutut di depan y/n dengan bilah pedang y/n bertengger di leher laki laki itu.

Keringat baik dari y/n maupun Liam membanjiri tubuh mereka masing masing. Patut diakui jika suatu saat Liam akan melampaui y/n. Namun kapan suatu saat itu. Tidak ada yang akan tau.

Seseorang yang sejak tadi juga ikut memperhatikan pertandingan itu kini memerah. Ia memang hanya bisa melihat punggung kecil seorang wanita dengan surai seputih salju itu dari jauh.

Tapi tidak bisa di pungkiri kalau sedari tadi jantung nya ikut berdebar tidak wajar. Entah karena terpesona akan keindahan teknik berpedang y/n atau karena paras indah gadis itu.

"Ini handuk nya tuan putri" Ucap seorang pelayan yang kini menghampiri y/n diikuti dua pelayan lain. Salah satu nya membawa botol berisi air mineral.

Satu pelayan lagi mendekati y/n dengan gesture seakan ia ingin memberi tahu sesuatu. Y/n menunduk menyejajarkan tinggi telinga nya dengan mulut pelayan itu.

"Utusan dari kerajaan Obelia sudah sampai beberapa waktu lalu tuan putri" Bisik pelayan itu.

Y/n reflek menoleh ke samping. Melihat seorang laki laki dengan seragam militer lengkap dengan surai maroon menatap kearahnya.

Mata mereka berpandangan untuk sepersekian detik sebelum akhirnya salah satu pelayan kembali menarik atensi si gadis.

Dan tepat ketika y/n berbalik. Laki laki bersurai maroon tadi memegang dada nya. Merasakan betapa tidak beraturan nya detak jantung nya.

Gladiolus || Claude x Reader [Suddenly, I Became a Princess]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang