"Aku tidak peduli. Cari dia hidup hidup sampai ketemu!" Teriakan penuh amarah Claude kembali terdengar untuk kesekian kali nya hari ini.
Bahkan Diana yang dulu nya bisa meredakan amarah laki laki itu pun kini tidak bisa berbuat apa apa.
"Yang mulia, lebih baik anda menenangkan diri anda terlebih dulu." Diana bersuara. Berjalan menghampiri laki laki dengan iris permata itu.
Diana memegang lembut bahu Claude. Berniat memberikan ketenangan bagi laki laki yang ia cintai itu. Akan tetapi Claude menepis tangan Diana. Memilih menghirup udara segar dari balkon daripada berduaan bersama Diana. Karena yang saat ini sangat ingin dia temui ya y/n bukan Diana.
Rasa bersalah karena tidak menemani y/n sampai akhir perjalanan liburan mereka masih menggerogoti Claude. Padahal laki laki itu yang memaksa y/n untuk berlibur.
Namun dia juga yang pada akhirnya meninggalkan y/n. Dan kini y/n hilang karena kecelakaan akibat liburan yang dia usulkan.
"Jika saya dan diana dalam kondisi kritis bersamaan. Siapa yang akan anda dampingi yang mulia?" Lagi lagi kalimat y/n terngiang ngiang dalam benak Claude.
Kalimat lain yang gadis itu ucapkan ketika Claude memilih meninggalkan nya saat liburan.
• Disisi lain •
Kini y/n dan Ian sedang dalam perjalanan menuju ke Engrasia. Perjalanan dari desa di pinggir Obelia tidak membutuhkan waktu yang begitu lama seperti ketika ia berangkat langsung dari istana.
"Apa yang kau lakukan di Obelia jika rumah mu sebenarnya di Engrasia?" Tanya Ian.
Mereka memilih berangkat menggunakan kuda. Cukup mengesankan bagi y/n yang baru sadar dari kondisi kritis nya. Tapi kini ia sudah bisa menunggangi kuda.
"Menikah?" Jawab y/n.
Ian mengangkat alis nya. "Kenapa menjawab dengan nada bertanya?" Suara Ian kembali terdengar.
"Karena aku juga bingung." Y/n menjawab jujur.
Langit perlahan mulai berubah warna. Menunjukkan jingga menandakan sebentar lagi wilayah Obelia akan memasuki waktu malam.
Mereka berdua memutuskan untuk berkemah di salah satu padang rumput didekat area perbatasan antara Engrasia dan Obelia. Karena cukup berbahaya bagi kedua nya jika memaksakan perjalanan dimalam hari.
.
.
.Ian menangkap seekor rusa. Lalu mereka berdua memanggang rusa itu untuk makan malam. Beberapa kali Ian juga bercerita tentang kehidupan. Dan y/n hanya mendengarkan.
Mungkin sejak kecil Ian tidak memiliki tempat bercerita. Jadi ketika dewasa dia banyak menceritakan hal hal kecil. Y/n juga memiliki masa kecil yang tidak begitu indah.
Namun dia menjadi pribadi yang lebih tangguh daripada wanita wanita kebanyakan.Mereka beranjak tidur ketika selesai makan. Tentunya tidur di satu tenda bersama. Walau berbeda matras tidur.
Suara kicauan burung menjadi pertanda kalau sebenarnya lagi matahari akan terbit. Bersamaan dengan kicauan itu seorang gadis dengan iris sejernih air pun ikut membuka matanya.
Y/n bangun lebih dulu. Dia keluar tenda mencari udara segar. Namun tidak disangka sangka kalau udara diluar justru sangat dingin.
"Pakailah. Kamu tidak terbiasa dengan udara perbatasan ya? Dimana tempat tinggal mu selama ini?" Ian tiba tiba sudah berdiri si samping gadis itu memberikan jaket tebal milik laki laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gladiolus || Claude x Reader [Suddenly, I Became a Princess]
Fiksi Penggemar[Claude de Alger Obelia x Reader] Seorang wanita yang terlahir untuk menjadi seorang pejuang. Namun tanpa disangka sangka takdir nya tiba tiba berubah karena raja dari negara yang memberikan ancaman perang bagi bangsanya memilihnya untuk menjadi per...